Taehyung & Jimin

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang saat Jimin dan Taehyung selesai membereskan barang-barang di kamar Taehyung. Pakaian mereka berserakan, beberapa kaset video game yang terlempar ke bawah kasur Taehyung, kabel terminal panjang yang melintang di depan pintu kamar mandi, dan isi tas kecil mereka yang sudah berhamburan entah kemana saja. Kemarin Taehyung, Jimin dan Hoseok menghabiskan waktu dengan melakukan brainstorming untuk ulang tahun Jeongguk. Taehyung beberapa hari ini kelelahan, ia sudah meminta pada Jimin untuk tidak mengajaknya duduk di kursi meja belajarnya dan menggunakan PCnya. Ia hanya ingin rebahan di kasurnya yang nyaman sambil mengerjakan segala tetek-bengek yang ia baca berulang kali supaya tidak ada yang terlewat. Jimin akhirnya mengusulkan pada Taehyung untuk menggunakan laptopnya saja, di kasur. Maka tidak heran jika tadi saat mereka bebersih kamar, ia menemukan buku kecil dan bolpoin yang semalam ia gunakan dibawah bantal Jimin.

Tiga hari lalu, Taehyung yang sudah sangat panik karena merasa persiapannya sangat kurang, akhirnya meminta bantuan Bundanya untuk menggambarkannya desain layout kasar kamar Jeongguk. Bagaimana caranya? Tentu Bunda Kim meminta Taehyung menjelaskan secara kasar, yang berakhir dengan Taehyung memberikan informasi yang terlalu detail menurut beliau.

Kata Bunda setelah hampir tiga puluh menit berkutat dengan sketch book nya yang tebal dan pensil di tangan, beliau seperti melihat kamar tidur kekasih anaknya itu didepan matanya. Bunda Kim hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan berkata, 'you love Jeongguk so much, huh, Sayang?' Tentu Taehyung hanya bisa merespon Bunda dengan senyum kotaknya dan kedua pipinya yang sudah terasa hangat seperti habis direbus.

Jujur, Taehyung sangat bersemangat menyambut ulang tahun kekasihnya itu tahun ini. Mungkin karena status hubungan mereka yang sudah berubah dari sepasang sahabat menjadi kekasih? Ia ingin Jeongguk merayakan hari ulang tahunnya dengan senyum yang lebar hingga kedua pipinya pegal.

Ia berharap, semoga segala usahanya untuk membuat kekasihnya senang berjalan sesuai dengan rencana dan tidak berakhir dengan sia-sia.

Siang ini matahari tidak begitu terik. Cuaca sejak pagi memang mendung dan sendu. Tidak heran jika Jimin pagi ini terlalu nyaman meringkuk di kasur Taehyung yang cukup untuk tiga orang itu. Seingat Taehyung, Jimin bangun dari tidurnya saat ia sedang bermain dengan Yeontan di ruang tengah. Jam dinding tadi menunjukkan pukul sebelas siang dan Taehyung hanya tersenyum dan menyapa Jimin yang terlihat masih setengah terpejam melangkah ke arahnya dan memeluk tubuhnya erat seperti kedinginan.

Taehyung yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa sambil menggerak-gerakkan kakinya—supaya tidak mengantuk, katanya tadi pada Jimin—tiba-tiba teringat dengan rencananya kemarin, memberitahu Jimin tepat tiga hari setelah ia mengetahui bahwa Jeongguk dan dirinya akan liburan ke Jepang. Taehyung tidak mengerti mengapa Bundanya tiba-tiba tercetus ide untuk menghadiahi Jeongguk trip ke Jepang ini, tapi ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Yang saat ini Taehyung pikirkan adalah dirinya, Jeongguk, dan kedua ibu mereka, sudah pasti akan liburan bersama beberapa minggu lagi. Hal itu saja sudah membuat Taehyung terlalu senang dan melonjak-lonjak di kasurnya hingga pergelangan kakinya nyaris terkilir.

“Jims, Jims. Gue mau ngomong sebentar, deh.” Taehyung menoleh dan memanggil Jimin yang terlihat merebahkan tubuhnya di sofa seberangnya, sedang asyik mengambil beberapa selca dengan Yeontan yang menyelipkan kepala mungilnya di bahu Jimin. Taehyung hanya memutar kedua bola matanya lalu terkekeh. Jimin yang merasa sudah 'selesai' berfoto ria dengan anjing peliharaan sahabatnya itu akhirnya menoleh.

“Hmm, kenapa Te?” Jawabnya singkat sambil menguap. Hari ini entah mengapa Jimin merasa sangat mengantuk. Entah, padahal ia tadi malam tidak meminum sesuatu yang berdampak akan kerja otak dan matanya hari ini. “Gue ngantuk banget deh, ke kamar, yuk?” Jimin menyambung sambil memaksa tubuhnya untuk duduk tegak dan akhirnya bersandar pada sandaran sofa.

Sure, tapi pasti lo bakalan nggak ngantuk setelah gue ngomong,” jawab Taehyung cepat dengan nada yang membuat Jimin penasaran. Taehyung dan Jimin memiliki kebiasaan tidak bisa merahasiakan sesuatu terlalu lama. Mulut dan tenggorokan Taehyung sudah gatal untuk memberitahu Jimin mengenai ajakan Bunda ke Jepang. Namun sepertinya, sahabatnya itu tidak ingat sama sekali bahwa Taehyung masih memiliki hutang cerita.

Huh? What is it?” Tanya Jimin bingung dan mengernyitkan dahinya. Ia sudah sangat mengantuk. Angin sejuk siang ini yang berhembus menyapu wajahnya benar-benar seperti menyihir kedua matanya untuk terpejam. Namun tiba-tiba sahabat Taehyung itu terbelalak dan memajukan tubuhnya. “Sebentar. Gue inget! Lo mau ngasih tahu gue sesuatu. Ya, 'kan? Apa, Te? Apa, apa, apa?” Jimin memukul-mukul kedua pahanya sendiri, seketika bersemangat dan antusias dengan cerita Taehyung yang jujur ia sendiri lupa bahwa ia dapat memperoleh jawabannya hari ini.

Taehyung yang melihat sahabatnya terlalu girang hanya menggelengkan kepala sambil tertawa. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa respon Jimin nanti saat mengetahui rencana mereka.

“Jadi, long story short, Bunda came up with an idea to give Ggukie a present. A grand present, I must say.” Taehyung berbicara sambil mengerling ke arah Jimin, yang terlihat tersenyum heran namun tetap menunjukkan ekspresi penasarannya. “Bunda ngasih kado... trip ke Jepang, Jims. Gue, Ggukie, Bunda, Mama Jeon...” sambungnya sambil mengulur-ulur seperti layaknya seseorang akan memberi kejutan. Kedua matanya mengerling, alisnya digerak-gerakan untuk menggoda Jimin. “...dan lo, kalau lo bisa dan mau ikut.”

Reaksi Jimin setelahnya membuat Taehyung tertawa hingga terjungkal dari sofa. Sahabatnya itu hanya terkejut, diam tanpa suara. Mulutnya terbuka, matanya terbelalak, dan Jimin merosot dari duduknya di sofa ke lantai sambil berlutut.

Tidak butuh waktu lama hingga Jimin berteriak menggelegar, mengagetkan Yeontan yang sedang meringkuk malas di ujung sofa hingga anjing peliharaan Taehyung itu melompat dari sana dan berlari ke arah pelukan Taehyung. Membuat Mas Tris sampai menghampiri mereka di teras belakang dan Taehyung hanya tertawa terbahak sambil memberitahu pada beliau bahwa tidak perlu khawatir. Taehyung sudah tahu reaksi Jimin akan seperti apa saat berita ini ia sampaikan, maka Taehyung menggelengkan kepalanya sambil tetap tertawa geli.

Jimin terlihat melonjak-lonjak diatas sofa sambil berteriak—hampir menangis karena terlalu senang.

SO WE ARE GOING TO JAPAN TOGETHER? WE BOTH ARE GOING TO A TRIP TOGETHER TO JAPAN, FOR THE FIRST TIME, KIM TAEHYUNG? ARE YOU FUCKING SERIOUS? Oh my God. Oh my GOD! Aaaaaah!”