magnolia ; i got you • 600

Are you ready?”

No. I am not. Tae, what if I failed?”

Sayang, what are you talking about? I know you will do great.”

I don't think I will, Taehyung.”

Then don't think, Jeonggukie. This will be your first time, and mine too. Aku tahu kamu tidak suka memberi dirimu sendiri toleransi. But just trust me, okay? Your hard work will be paid off. I know for sure.”

Okay... if you say so. I trust you. Please make sure that I'll get thru the day? I'm so nervous.”

Pasti, sayang. Let's get it, shall we?.”

Okay. Let's!”

That's my baby.”


Jeongguk gelisah. Ia sulit sekali untuk tidur nyenyak dari tadi malam. Pelukan erat dari Taehyung selama mereka tidur pun sepertinya hanya dapat mengurangi sedikit rasa khawatirnya.

Ini adalah pertama kalinya Jeongguk dipercaya oleh Steve untuk menggagas acara soft opening dari sekian banyak bisnis yang sudah beroperasi dengan sukses. Hari ini pun, adalah kali pertama Jeongguk harus memutar otak dan mengeluarkan idenya untuk sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Steve selalu mengandalkan the power of word of mouth setiap kali ia membuka usahanya lewat regular and potential clients yang sudah ia kenal baik sejak bisnis pertamanya hingga saat ini.

Beberapa hari lalu, tepat sebelum Seojoon datang dengan Hoseok dan memperkenalkan dirinya, atasannya itu sudah memberitahu seluruh tim bahwa akan ada perubahan sedikit dari tradisi yang biasa mereka lakukan.

Namun Jeongguk yang notabene adalah sosok yang sangat senang akan tantangan, ia secara langsung menerima dan menyanggupi keputusan tersebut. Walaupun pada akhirnya, ia hampir “menyerah” ditengah jalan.

Taehyung dan Jeongguk sudah tiba di restoran sejak pukul sembilan tepat dengan membawa perlengkapan “tempur” mereka. Sang marketing head sudah siap dengan handie talkie dan beberapa lembar run down acara, sedang kekasihnya sudah siap dengan professional camera pribadinya.

Saat Taehyung memarkirkan mobilnya di basement gedung tempat Comedor Terraza berada, ia merasakan kekasihnya yang duduk di sampingnya terus-menerus menggerak-gerakan kakinya gelisah. Sejak tadi mereka keluar dari gedung parkir apartemen, Jeongguk terus-menerus menggenggam dan meremas tangan Taehyung dengan keras. Salah satu cara Taehyung untuk menenangkan kekasihnya itu adalah dengan mengusap punggung tangannya.

Kekasih Jeongguk itu lantas melepaskan tangan kanannya dari kemudi, mengubah posisi duduknya untuk menghadap ke arah Jeongguk. Taehyung hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menangkup kedua pipi pria di sampingnya itu.

“Tae.” Jeongguk berbisik saat merasakan hangat telapak tangan Taehyung. Ia memanggil Taehyung yang sedang menatap kedua mata bulatnya.

Tatapan kekasihnya itu teduh, membuat Jeongguk perlahan-lahan merasakan ketenangan luar biasa. Ia lalu memejamkan kedua matanya, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

You will be fine, sayang,” ujar Taehyung lembut sambil mengusap area tulang pipi Jeongguk dengan kedua ibu jarinya. “I will keep making eye contact with you, okay?”

Jeongguk tertawa kecil lalu membuka matanya. Ia melihat pemilik manik hazel yang indah itu menatapnya lekat. “You will?”

Kekasihnya menggumam, memberi jawaban untuknya. “Of course. I promise.”

Taehyung lalu menarik wajah Jeongguk mendekat, mendaratkan ciumannya pada hidung bangir kekasihnya. Ia mendengar Jeongguk tertawa geli dan menggelengkan kepalanya.

Refleks, ia pun ikut tertawa, menunjukkan senyum kotaknya yang lebar. Taehyung lalu mengecup tulang hidung Jeongguk perlahan, menggeser bibir mungilnya naik hingga menyentuh batang hidung kekasihnya.

Ia lalu mendaratkan bibirnya pada dahi Jeongguk, mengecupnya lama.

Break a leg, my love. I'm so proud of you,” bisik Taehyung kemudian. Jeongguk merasakan gerakan bibir kekasihnya itu. Ia menyunggingkan senyumnya.

Good luck to us, Tae.”

;

Saat mereka berdua tiba di Comedor Terraza, terlihat seorang pria yang akan menjadi manajer restoran sedang memberi arahan mengenai acara soft opening kepada para staff operasional di area dining utama.

Taehyung lantas mencium cepat pipi Jeongguk, menaruh telapak tangannya pada punggung kekasihnya dan mengusapnya naik turun. Ia membisikkan kata-kata 'I love you, good luck, Jeonggukie' yang dengan lembut terdengar ditelinga Jeongguk.

Kekasih Taehyung itu membalasnya dengan menggumam dan tersenyum ke arah pria yang sedang berdiri di sampingnya, mengucapkan terima kasih kemudian. Saat Taehyung sudah berjalan ke arah bar untuk menemui Jimin, Jeongguk melangkahkan kakinya ke arah salah satu meja untuk menaruh barang-barangnya.

Seorang waiter yang Jeongguk belum hafal namanya, menghampirinya dan menyapanya dengan ramah. Ia lalu hanya menjawab dengan senyum yang lebar, tak lupa menanyakan kabar wanita itu hari ini. Waiter itu lantas menjawab dengan ceria, lalu menawarkan minum untuk Jeongguk.

Sang head of marketing menggumam sebentar, terlintas dalam kepalanya bahwa hari ini ia belum mengonsumsi kopi. Jeongguk akhirnya memesan secangkir latte panas untuknya. Ia juga memesankan Taehyung secangkir minuman coklat panas.

Setelah wanita itu berjalan menjauh darinya menuju bar, Jeongguk langsung mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan restoran. Beberapa kelompok meja yang akan digunakan terlihat sudah dihias cantik dengan centerpiece yang warnanya sepadan dengan table cloth dibawahnya.

Tanpa sadar, Jeongguk menyunggingkan senyumnya lebar. Dekorasi untuk acara soft opening hari ini terlihat sangat elegan, tidak terkesan norak atau berlebihan.

Anggia berhasil menangkap maksud dan keinginan Jeongguk untuk 'less is more.'

Well setidaknya, wanita itu tidak membuat dirinya kesal kali ini.

Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul dua siang, sebentar lagi acara akan dimulai. Baik staff yang berada di kitchen maupun floor sedari tadi terlihat sibuk berlalu-lalang di stationnya masing-masing.

Taehyung dan Jeongguk pun sudah sibuk dengan tanggung jawabnya. Mereka berdua hanya sesekali berpapasan sambil berusaha menyentuh tangan dan/atau lengan satu sama lain.

They feel like they still need a skin contact, just to feel safe and supported.

Mingyu dan Eunwoo yang duduk berhadapan di salah satu meja di area outdoor, sedari tadi terlihat berkutat dengan laptop masing-masing, hanya mengobrol seperlunya.

Jimin membantu Taehyung dan Yugyeom bergantian, sedang Jeongguk dan timnya sibuk mengulang beberapa proses yang sudah disusun dalam rundown acara.

Sebenarnya, Steve memang selama ini tidak pernah mengadakan acara apapun setiap kali ia membuka bisnisnya. Pemimpin Jo & Ste Group itu hanya mengundang beberapa regular clients dan food bloggers untuk makan malam di restoran.

Selain itu, ia tidak pernah meminta Jeongguk maupun timnya untuk mengundang media. Menurutnya, biarlah bisnis miliknya berkembang dengan sendirinya, tidak perlu ada exposure dan media coverage yang berlebihan.

Maka tidak heran jika Jeongguk saat ini rasanya seperti sedang kebakaran jenggot. Sebenarnya, ide untuk membuat acara soft opening seperti ini adalah usul dari Seojoon.

Well, mengingat partner Steve itu adalah salah satu putra dari orang penting di Indonesia. Hal itu membuat seluruh tim Jo & Ste Group harus bekerja lebih ekstra hati-hati dan memastikan bahwa acara berjalan dengan sempurna.

Hoseok akhirnya memberitahu seluruh personel tim untuk segera berganti pakaian, sesuai dengan dresscode yang diminta. Jeongguk lalu mengangguk mengerti, berjalan ke arah mejanya untuk meletakkan handie talkie dan kertas yang ia pegang sedari tadi. Ia lalu mengambil pakaian miliknya dan Taehyung, lalu menghampiri kekasihnya yang duduk di bar.

Taehyung terlihat sedang mengutak-atik kamera miliknya, mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kesalahan teknis saat acara berlangsung.

“Tae, ganti baju, yuk?” Jeongguk menyentuh lengan Taehyung, berkata sambil menaruh dagunya pada bahu Taehyung. Ia lalu tertawa geli saat merasakan kekasihnya itu menoleh dan mengecup pipinya cepat.

Jeongguk melirik ke arah bar, melihat dua orang barista hanya tersenyum kikuk melihatnya dan Taehyung.

Jujur, Jeongguk pun tidak bisa menyembunyikan pipinya yang memerah dan terasa hangat.

“Taehyung!”

Pria yang dipanggil namanya itu hanya terkekeh dan menjulurkan lidahnya ke arah Jeongguk. Ia tidak menghiraukan kekasihnya yang terlihat sedang melirik tajam ke arahnya dan memutar kedua bola matanya kemudian.

“Sebentar lagi sudah harus siap-siap, Taehyung,” kata Jeongguk sambil menghela napas berat. “I'm so nervous.”

Kekasihnya lalu mengangguk, melepaskan kamera yang ia pegang dan menitipkannya pada seorang barista yang sedang berdiri di belakang bar. “Okay, okay, alright,” kata Taehyung sambil mengangkat tubuhnya dari bar stool yang ia duduki. Ia lalu mengambil pakaian miliknya dari tangan Jeongguk, lalu menggandeng tangan kekasihnya itu. “Let's go.”

;

Tepat pukul tiga sore, para tamu undangan yang terdiri dari regular clients Jo & Ste Group, rekan bisnis Steve, dan para food bloggers sudah hadir dan menempati kursi mereka masing-masing.

Sebelum memulai acara dan bersiap dengan tugasnya masing-masing, Taehyung mengajak teman-temannya tanpa terkecuali untuk berdoa. Ia berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar tanpa halangan apapun. Ia berharap, segala sesuatu yang timnya sudah lakukan akan membuahkan hasil yang baik.

Tentu Taehyung selalu berpikir positif, melihat dari effort dan segala sesuatu yang ia lalui bersama teman-temannya selama lima bulan belakangan ini.

Setelah mengaminkan doanya, mereka langsung membubarkan diri dan berjalan ke arah titik standby masing-masing.

Taehyung menghampiri Jeongguk kemudian, mengusap pelan punggung kekasihnya itu dan meninggalkan kecupan singkat dibahunya. Pria yang lebih muda dua tahun dari Taehyung itu lantas mengangkat tangannya untuk menangkup pipi Taehyung dan tersenyum.

Thank you, Taehyungie. I love you,” bisik Jeongguk sambil tersenyum lebar dan menggigit bibir bawahnya.

Sang head of graphic designer hanya mengernyit bingung, memiringkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya.

Tak butuh waktu lama untuk menyadari arti dari senyum kekasihnya itu, menyebabkan senyum sumringah tersungging pada wajah Taehyung.

My pleasure, sayang. I love you too.”

;

Sebelum acara benar-benar dimulai, Jeongguk sempat menghampiri meja para tamu dan menyapa mereka dengan ramah. Ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk datang ke acara soft opening hari ini. Sedang Taehyung sudah fokus dari balik lensa, hendak mengabadikan momen acara hari ini dengan memanfaatkan keahliannya.

Yugyeom sedang mengobrol dengan Jimin sambil menyandarkan tubuhnya pada bar island saat melihat ayahnya memasuki restoran didampingi oleh Seojoon.

Ayahnya terdengar sedang tertawa, masih dengan wibawanya, saat menanggapi partnernya itu. Anggia terlihat berjalan mengekor di belakang mereka berdua.

Sang arsitek lantas menggelengkan kepala dan mendengus, menoleh ke arah Jimin dan berbicara sambil berbisik. “Gue masih kurang percaya kalau ini seperti reuni antar mantan, Jim. Dunia sempit sekali.”

Jimin tertawa mendengar Yugyeom berkata demikian. “Apalagi gue waktu kemarin Kak Hoseok datang dengan dia, Gyeom.” Ia meneguk minuman bersoda yang sedari tadi ia pegang hingga tandas, lalu menyerahkan kaleng bekasnya pada barista di sana, sebelum akhirnya menyambung lagi. “But yeah, mau bagaimana lagi? Technically he's our boss, too. Kalau di luar jam kerja, gue rasanya pengen nonjok.”

That bad?” Yugyeom bertanya dengan nada terkejut. Ia tidak tahu cerita lainnya tentang Taehyung, Anggia, dan Seojoon. Jeongguk hanya sedikit sekali menceritakan hal itu dengannya.

Namun, Yugyeom menghargai Jeongguk dan Taehyung. Lagipula, ia tidak ingin ikut campur dengan permasalahan yang kompleks diantara mereka.

Yes, that bad. Tapi ya, gue harus bersikap profesional. Kalau nggak, bisa dipastikan Taehyung bakal menceramahi gue panjang lebar,” ujar Jimin santai sambil tersenyum.

Ekor mata Jimin lalu menangkap sesuatu yang membuat rahangnya mengeras. Ia melihat Seojoon tersenyum lebar, berusaha menyapa Taehyung yang sedang berdiri tidak jauh dari bar. Steve sudah tidak terlihat batang hidungnya, sepertinya Anggia sudah memintanya bersiap untuk membuka acara.

Jimin tidak bisa menangkap apa yang Seojoon bicarakan, namun ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, Taehyung sedari tadi hanya menanggapi dengan anggukan datar.

Ia tidak menyangka sahabatnya akan lebih dulu mengulurkan tangannya, mengajak lawan bicaranya bersalaman. Jimin dapat melihat Seojoon menanggapi dengan raut wajah terkejut dan dengan kikuk, menyambut tangan Taehyung dan menjabatnya kemudian.

Seojoon berdiri mematung, melihat Taehyung yang membungkukkan tubuhnya dan berjalan menjauh darinya tanpa mengucapkan satu katapun.

;

Acara soft opening dibuka oleh Steve dengan mengucapkan terima kasih kepada tamu yang hadir. Ia dengan bangga menjelaskan bagaimana pada awalnya gagasan bisnisnya terbentuk, hingga nama Comedor Terraza tercetus dari mulutnya. Ia pun menceritakan bagaimana awal mula pertemuannya dengan Seojoon, hingga bersepakat untuk membentuk bisnis restoran ini di kawasan SCBD.

Actually, the meaning of Comedor Terraza is a dining terrace, from Spanish. I feel like those words suit this restaurant's vibes the most. And also, we both think it suits the concept,” jelas Steve sambil menoleh pada Seojoon yang terlihat tersenyum lebar. “So yeah, cheers to Comedor Terraza. To all of you, thank you so much for coming.”

Steve mengangkat gelas champagnenya yang sedari tadi sudah dipegangnya, mengajak para tamu untuk bersulang. Terdengar bunyi gelas beradu satu sama lain, disertai dengan suara tepuk tangan para tamu.

And, some said, we save the best for the last. To my great team; Yugyeom, Taehyung, Jeongguk, Jimin, Eunwoo, and Mingyu, I appreciate this more than you'll ever know. Tanpa kalian, Comedor Terraza tidak akan berdiri sesempurna ini.”

Steve terlihat meraih gelas champagnenya lagi, hendak mengangkatnya sebelum menyambung lagi. “Thank you for the constant dedication and hard work. You guys did it beyond my expectation. You guys truly are the best.”

Jeongguk sedang berdiri tidak jauh dari tempat Steve berada, lantas menganga, saat melihat atasannya berbicara di tengah ruangan sambil menunjuk ke arahnya dan teman-temannya. Ia tidak pernah mendengar Steve secara langsung mengapresiasi tim yang bekerja dibalik layar di depan orang banyak seperti ini.

Apakah ini mimpi? Rasanya segala beban berat yang ada pada pundaknya dan hal buruk yang sudah seminggu ini menghantui pikirannya, seketika luntur. Jeongguk rasanya ingin berteriak saat ini juga sambil berlari ke arah Taehyung, yang terlihat sudah melihat ke arahnya sejak tadi.

Mata mereka bertemu.

Jeongguk dapat membaca gerak bibir Taehyung dengan jelas. Ia tersenyum lebar, menunjukkan sederet gigi putihnya yang sebentar lagi sepertinya akan kering.

'I told you, sweetheart.'

Taehyung pun terlihat mengacungkan ibu jarinya di samping wajahnya sambil tersenyum saat melihat Jeongguk membalas tanpa suara dari seberang ruangan.

'Thank you, Tae. We did it.'

;

Tiga jam berlalu dengan sangat cepat. Steve akhirnya mengumumkan bahwa acara soft opening Comedor Terraza sudah selesai. Taehyung yang sedang sibuk memotret momen hari ini lantas berhenti dan akhirnya duduk di salah satu bar stool. Ia menghela napas lega karena acara hari ini berjalan dengan lancar, tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Ia pun bersyukur, setidaknya ia melihat Jeongguk selama acara sama sekali tidak terlihat gugup seperti pagi tadi.

Saat Taehyung sedang fokus melihat foto-foto hasil jepretannya pada layar kamera, tiba-tiba ia merasakan dua tangan seseorang merangkul lehernya dari belakang. Ia tidak perlu menoleh untuk mengetahui bahwa kekasihnya saat ini sudah memeluknya dari belakang.

Taehyung merasakan hembusan napas hangat Jeongguk pada tengkuknya. Ia lantas melepaskan kameranya, menaruhnya pada bar island dan memegang tangan kekasihnya.

Ekor mata Taehyung menangkap sosok Yugyeom dan Jimin yang sedang duduk untuk mengobrol dengan Steve, sedang Mingyu dan Eunwoo terlihat sedang menyantap medium rare steak yang diantar oleh seorang waiter beberapa saat lalu.

Kekasih Jeongguk itu lantas memutar tubuhnya, memandang mata bulat Jeongguk yang berbinar-binar. Taehyung tahu persis, Jeongguk-nya sedang bahagia. Walaupun raut wajahnya terlihat lesu karena acara yang panjang hari ini, namun kedua mata kekasihnya itu tidak bisa berbohong.

Are you happy, Jeonggukie?” Taehyung bertanya sambil melepaskan genggamannya dari tangan Jeongguk, lalu memegang pinggang kecil kekasihnya itu dan menarik tubuhnya.

Taehyung sadar saat ini mereka berdua masih “bekerja”, namun ia tidak peduli. Ia terlalu senang melihat Jeongguk di hadapannya, tersenyum lebar karena bahagia. Taehyung tahu, project mereka kali ini adalah yang paling sulit dan kompleks, dari semua project yang sudah mereka lakukan.

Begitu banyak cobaan dan ujian yang harus mereka lalui hingga sampai pada titik ini.

Very happy. I hope you are too.”

Sang kekasih menjawab sambil tersenyum, mengalungkan kedua tangannya pada leher Taehyung. Ia mendekatkan wajahnya pada pria di hadapannya saat ini, menempelkan dahinya pada dahi Taehyung.

Telinga Jeongguk rasanya tertutup, berusaha untuk tidak mendengar suara sorak-sorai teman-temannya yang tergolong cukup keras, terutama Jimin. Jeongguk melihat senyum Taehyung merekah, mendengarkan para staff restoran, bahkan Steve, yang sudah berdeham dan tertawa.

Ia tidak mendengarnya sama sekali.

Saat ini, kedua telinga Jeongguk hanya berfokus pada suara berat napas Taehyung yang membuat kedua lututnya lemas. Jeongguk merasakan kedua tangan Taehyung merengkuh tubuhnya dalam pelukan tubuhnya yang hangat.

“Jeonggukie, this is my favorite song. Do you want to dance with me?”

What.

Oh.

Jeongguk baru tersadar bahwa lagu favorit kekasihnya sedang memenuhi seisi ruangan, dengan suara merdu seorang wanita diiringi saxophone yang terdengar sangat seksi.

Dance? Here?” Jeongguk membelalakkan matanya. Ia terkejut. “Taehyung serius? Kamu nggak sedang bercanda, 'kan?”

Seorang Taehyung, mengajaknya untuk “berdansa” pada saat mereka masih bekerja seperti ini?

Di tengah restoran tempat segala usaha dan perjuangan mereka dicurahkan. Di tengah lautan manusia yang perhatiannya sekarang tertuju pada mereka.

Di depan seorang Johannes Steve, sosok yang sangat mereka berdua hormati.

Demi Tuhan, acara ini bukanlah untuk mereka berdua. Ini adalah acara milik Steve.

Apa Taehyung sudah gila? Bagaimana dengan prinsip profesional yang kekasihnya itu selalu agungkan?

Lawan bicaranya hanya menggeleng lalu menggumam, sambil tetap memandangnya teduh. “Mhm,” jawab Taehyung sambil tersenyum. “Mau, 'kan? I think we deserve this, sayang.”

Sepasang manik hazel itu menatapnya lekat. Sang pemilik sama sekali tak berkedip saat bertemu mata dengannya. Jeongguk merasakan ibu jari tangan Taehyung membentuk lingkaran kecil tidak beraturan pada lekuk pinggangnya. Sedang tangannya yang satu mengusap lembut punggungnya naik turun.

Entah apa yang membuat Jeongguk rasanya ingin menangis.

Taehyung begitu mencintainya, ia bisa melihat itu.

Taehyung begitu mencintainya, Jeongguk rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya, karena ia merasakannya. Ia merasakan semua perhatian itu, semua kasih sayang itu, semua kata-kata yang diucapkan oleh kekasihnya itu, semua perjuangan yang dilakukan oleh Taehyung.

Semuanya.

Jeongguk sudah tidak bisa membendung air matanya lagi yang sudah menggenang dipelupuk matanya, menunggu untuk meluncur dari mata bulatnya dan membasahi pipinya.

Ia tersenyum dan tertawa sambil terisak, melihat Taehyung di depannya hanya mengernyit khawatir.

This is happy tears, don't worry.” Jeongguk menjawab, seperti bisa membaca pikiran kekasihnya. “Taehyung, I love you. I love you, so much. You know that, right?”

I know, sayang. I always know,” balas Taehyung sambil tersenyum, melepaskan tangannya dari pinggang Jeongguk untuk menghapus air mata kekasihnya. “I love you too, much more than yours, though.”

Kekasihnya itu hanya memutar bola matanya malas, namun ia tertawa kemudian, saat merasakan pria yang sedari tadi memeluknya itu menarik wajahnya untuk menciumnya, tepat dibibirnya.

Jeongguk mendengar Jimin memekik, pun Eunwoo dan Mingyu yang berteriak seperti sedang menonton bola. Ia hafal persis dengan suara siul Yugyeom yang terdengar seperti bunyi terompet tahun baru.

Taehyung yang sedang sibuk menyalurkan rasa sayangnya pada Jeongguk lewat ciuman lantas tertawa, menggelengkan kepalanya karena mendengar riuh suara seisi restoran.

Also... you did very well, like always, Jeonggukie. And I will never get tired to tell you that I'm so proud of you.”