magnolia ; i got you β€’ 563

cw ⚠️ πŸ”ž a lot of kissing and kind of nsfw scene ahead


Jeongguk segera membuka pintu apartemen dengan sikunya karena membawa begitu banyak tas jinjing yang berisi barang belanjaannya. Setelah ia dan Taehyung pulang dari kantor sekitar pukul tujuh malam, Jeongguk meminta izin pada kekasihnya untuk mampir ke supermarket terlebih dahulu. Ia teringat pagi tadi saat hendak berangkat menuju kantor, terlihat dalam wine cellar miliknya hanya tinggal tersisa dua botol minuman beralkohol itu.

Taehyung lantas mengiyakan permintaan Jeongguk.

Mereka berdua bersyukur, melihat lalu lintas Jakarta yang tidak begitu padat pada Jumat malam, padahal biasanya kendaraan akan memenuhi jalanan pada tanggal muda seperti hari ini. Perjalanan dari kantor menuju supermarket dekat apartemen Jeongguk hanya ditempuh dalam waktu dua puluh lima menit. Jika normal (dengan kemacetan), biasanya mereka harus menghabiskan waktu sekitar empat puluh lima menit.

Jeongguk lantas melangkah ke arah dapur, mengeluarkan delapan botol wine dari tas belanjanya, dan menyusunnya rapi dalam wine cellar. Kebiasaan unik yang ditemukan oleh Taehyung dari sejak mereka berdua belum menjadi sepasang kekasih adalah, Jeongguk selalu mengatur botol minuman itu sesuai dengan prediksi suasana hatinya. Kekasihnya itu akan menaruh lima botol pada setiap rak; paling atas adalah wine yang bisa dinikmati saat ia sedang merasa happy, diikuti dengan angry, so-so, dan sad pada rak paling bawah.

Taehyung hanya menggelengkan kepalanya saat kembali ke apartemen Jeongguk beberapa hari lalu. Ia sempat melihat rak paling bawah dan tersadar, isi raknya berkurang dua botol.

Saat bertanya pada kekasihnya, pria itu hanya melirik tajam ke arahnya sambil membalas β€œkamu nggak usah pura-pura nggak ngerti gitu ya, Tae!”

Taehyung hanya bisa tertawa, membalas Jeongguk dengan mengangkat tubuh kekasihnya keatas kitchen island dan menghujani wajah kekasihnya itu dengan ciuman.

;

Penunjuk jam pada video player Jeongguk yang terletak di nakas ruang tengah sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih empat puluh lima malam.

Taehyung dan Jeongguk belum juga tertidur, masih sibuk bermain game Overwatch pada laptop masing-masing.

Mereka berdua sudah lama sekali tidak menghabiskan waktu berdua hanya untuk bermain game dan membicarakan hal-hal yang ringan. Setelah Taehyung mandi, ia sempat memesan piza dan beberapa botol minuman bersoda via online sebagai camilan untuk menemani mereka malam ini.

β€œYang, kita mau tidur jam berapa?” Taehyung bertanya sambil berusaha menyuapi sepotong piza untuk Jeongguk. Kekasihnya itu sedari tadi fokus dengan gamenya, menatap layar televisi sambil duduk bersila di sampingnya.

Jeongguk termasuk seseorang yang tidak bisa diganggu jika sedang terlalu fokus.

Kekasihnya itu hanya melirik sekilas sambil tersenyum, lalu menggigit potongan piza yang disodorkan dari tangan Taehyung. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih pada kekasihnya dan menunjukkan sederet gigi putihnya.

β€œTae,” panggil Jeongguk dengan mulut yang sedang mengunyah potongan piza itu. Ia lalu menelannya sebelum meneruskan kalimatnya. β€œJam dua belas saja boleh, 'kan? Weekend.” Jeongguk merayu Taehyung sambil membulatkan kedua mata polos.

Taehyung tersenyum simpul dan mengangguk, mengulurkan tangannya untuk menyisir rambut pada dahi Jeongguk dengan jarinya.

β€œBoleh, sayang,” jawab Taehyung singkat.

β€œYay!” Jeongguk mengangkat kedua tangannya ke udara dan mengepalkan telapaknya, membuat Taehyung hanya terkekeh melihatnya.

Jeongguk terlalu fokus dengan permainannya di layar, hingga tidak menyadari bahwa sedari tadi Taehyung sedang meneliti wajahnya dari samping.

Perlahan menyadari tatapan itu dari ekor matanya, Jeongguk lalu menoleh ke arah kekasihnya dengan mata bulatnya yang bersinar.

Menurut Taehyung, Jeongguk adalah satu-satunya pria yang benar-benar sukses membuatnya 'terhipnotis' oleh kedua mata bulat miliknya yang hampir sama seperti bambi. Kekasihnya itu memiliki keindahan tersendiri yang terpancar baik dari luar maupun dari dalam hatinya.

Entah, rasanya Taehyung tidak pernah berhenti bersyukur telah mengenal pria sesempurna Jeongguk hingga saat ini.

Kekasihnya itu indah sekali.

Jeongguk menyadari bahwa Taehyung sedang melamun. Ia lalu melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah kekasihnya itu.

β€œHello, earth to Taehyu—”

” You're so beautiful, Jeonggukie,” bisik Taehyung lirih, memandang kedua mata kekasihnya dan bibir mungilnya itu bergantian. Ia tahu suhu pendingin ruangan apartemen Jeongguk selalu disetel dengan suhu paling rendah, namun Taehyung perlahan merasakan hangat menyeruak kedalam tubuhnya.

Tangan Taehyung bergerak dari sana. Ibu jarinya lalu mengusap dagu dan pipi Jeongguk pelan bergantian, manik hazelnya masih menatap kedua mata kekasihnya yang perlahan terlihat sayu.

Jeongguk tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Kedua pipinya menghangat. Bulu kuduk disekujur tubuhnya meremang.

Ia selalu menyukai perhatian yang Taehyung berikan untuknya.

Taehyung sekilas menangkap dengan sepasang matanya, menyadari Jeongguk baru saja menelan salivanya. Ia tersenyum simpul, sorot matanya teduh. Suhu yang mengungkung ruangan tengah apartemen Jeongguk semakin lama semakin terasa menghangat.

Pria itu lalu mengarahkan ibu jarinya pada bibir bawah Jeongguk dan mengusapnya pelan. Taehyung menggerakkan bibir kekasihnya dengan ibu jarinya, menarik bibir Jeongguk dengan hati-hati.

β€œGguk...,” Taehyung bertanya dengan lirih, suara beratnya mengisi keheningan. Ia meminta izin pada Jeongguk. β€œMay I?”

Jeongguk hanya membalas dengan mengangguk pelan dan menggumam tanda setuju. Sepasang matanya bertemu dengan Taehyung. Kekasihnya itu meminta izin dengan sorot matanya yang teduh. Jeongguk mengedipkan kedua matanya pelan, lalu dengan hati-hati mencoba untuk menyentuh ibu jari kekasihnya dengan ujung lidahnya.

Kekasih Taehyung itu merasakan dadanya berdegup kencang, seperti sedang menaiki wahana menegangkan di taman bermain. Ia tidak pernah merasakan saat seperti ini. Rasanya dadanya sebentar lagi akan meledak, pun kepalanya seperti ada yang sedang bermain kembang api.

Sedang Taehyung, ia mengagumi keindahan di hadapannya.

Keindahan yang tidak pernah ia saksikan pada pria manapun yang ia temui.

Taehyung melihat setiap gerakan bibir dan mulut Jeongguk, merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari pada ibu jari miliknya.

Jeongguk memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Ia tidak ingin munafik bahwa beberapa kali sudah membayangkan akan sampai ditahap ini dengan Taehyung. Kekasihnya pun beberapa kali menyinggung secara implisit, memberi pengertian bahwa Taehyung tidak akan melakukannya sampai mereka berdua merasa sudah siap.

Sampai Jeongguk merasa, bahwa dirinya sendiri sudah siap.

This is the time, batin Jeongguk dalam hati, sambil tetap memfokuskan lidahnya pada ibu jari kekasihnya itu.

Jeongguk lalu mengangkat tangannya untuk memegang pergelangan tangan Taehyung, kedua mata bulatnya masih bertukar pandang dengan sepasang manik hazel itu. Ia merasakan mata Taehyung mengikuti setiap gerakan yang ia lakukan. Jeongguk menggenggam pergelangan tangan Taehyung yang dipenuhi gelang itu sambil membuka mulutnya perlahan, mempersilahkan Taehyung untuk menekan lidahnya dengan ibu jarinya.

Ia lalu menarik ibu jari Taehyung dengan lidahnya dan mengulumnya.

Asin. Bumbu dari beberapa potong piza yang tadi dipegang oleh Taehyung masih menempel pada ibu jarinya. Jeongguk memainkan lidahnya, mengulum ibu jari Taehyung seperti sedang menikmati permen lolipop.

Taehyung akui, ia merasa kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.

Tenggorokannya terasa kering.

β€œDamn Jeonggukie,” katanya dengan suaranya yang serak. Ia ingin segera tenggelam dalam bibir Jeongguk yang terasa lihai itu. β€œYou're so good at it.”

Mendengarnya, Jeongguk menyunggingkan senyum simpul sambil tetap menatap kedua mata Taehyung.

Kekasih Jeongguk lantas melepaskan ibu jarinya, terdengar bunyi pelan 'pop!' dari bibir Jeongguk.

Pria yang lebih muda dua tahun dari Taehyung itu tertawa kecil.

For God's sake, he giggles, membuat Taehyung rasanya mabuk karenanya.

Entah sudah berapa lama waktu yang mereka lewati untuk berciuman. Mereka berdua pun tidak sadar dengan posisi yang sudah berubah. Tubuh Taehyung sudah berada di atas tubuh mungil kekasihnya itu, memposisikannya disela-sela kaki Jeongguk.

Taehyung merasa tubuhnya sudah terbakar. Ia merasakan tengkuk lehernya dan dahinya mulai berkeringat. Jeongguk benar-benar menyalurkan gelenyar panas pada tubuhnya.

Tidak ada satupun dari mereka berdua berbicara, hanya terdengar suara lenguhan Jeongguk dan napas berat Taehyung di ruang tengah itu.

β€œTae,” bisik Jeongguk disela-sela ciuman mereka. Tubuhnya sudah merasa pegal. Lantai yang hanya dialasi karpet bulu berwarna hitam itu semakin lama membuat punggungnya sakit.

Taehyung menjawab lirih, mengusap pelan rahang Jeongguk dengan punggung tangannya. β€œYa, Jeonggukie?”

β€œBed?”

This is it. Oh my God, batin Taehyung dalam hati.

β€œAlright, sweetheart. Your wish is my command.”

Oh, betapa Jeongguk menyukai panggilan yang Taehyung miliki hanya untuknya.

Taehyung lantas mengecup dahi Jeongguk, sesaat sebelum mengangkat tubuhnya dari sana dan berdiri. Ia lalu mengulurkan tangan ke arah Jeongguk yang sudah terduduk di lantai.

β€œAyo, I'll carry you to bed.”

Jeongguk merasakan kedua pipinya menghangat.

Ia lantas berdiri dari duduknya dengan bantuan tangan Taehyung yang sudah siap menarik beban tubuhnya. Jeongguk lalu mendekatkan wajahnya pada Taehyung untuk mencium bibir kekasihnya itu. Ia tersenyum kemudian, merasakan lidah Taehyung menyapu bibirnya, memintanya untuk membuka mulutnya lagi.

Jeongguk lantas mempersilahkan dengan membuka mulutnya, mengalungkan kedua tangannya pada leher Taehyung. Ia mengangkat kedua kakinya, merasakan kedua tangan Taehyung yang kuat memegang kedua paha bagian belakangnya. Jeongguk memposisikan tubuhnya dengan nyaman, kemudian mengalungkan kakinya pada pinggang kekasihnya.

Taehyung melangkahkan kakinya menuju kamar tidur Jeongguk, memeluk erat tubuh kekasihnya sambil tetap memagut bibir mungil miliknya.

Has Taehyung ever told you that he loves kissing Jeongguk?

Indra penciuman mereka disapa oleh wangi vanilla dari lilin aromaterapi milik Jeongguk, memenuhi seisi kamar tidurnya. Taehyung bersyukur dalam hati karena ia lupa mematikan lilin itu sehabis mandi sore tadi.

Taehyung melangkahkan kakinya menuju kasur Jeongguk yang besar itu, merebahkan tubuh kekasihnya di sana.

Terdengar suara Jeongguk menghela napas lega saat merasakan punggungnya menyentuh kasurnya yang empuk. Suhu ruangan dalam kamarnya sangat dingin, membuat sekujur tubuhnya merinding.

Kedua tangannya tetap merangkul leher Taehyung erat, menarik kekasihnya itu untuk lebih mendekat.

Jeongguk memposisikan tubuhnya untuk menemukan kenyamanan, mengencangkan kembali kedua kakinya kemudian pada pinggang Taehyung. Ia merasakan tumitnya menyentuh pinggang kekasihnya.

Taehyung menyudahi ciuman mereka lalu mengarahkan bibirnya pada dagu dan rahang Jeongguk. Ia tidak henti-hentinya mengatakan kata-kata indah yang ditujukan hanya untuk Jeongguk.

Sedari tadi, ia tidak berhenti memuji Jeongguk yang hanya terdengar menggumam dan membisikkan namanya untuk merespon setiap pujian Taehyung.

Ia lalu menundukkan kepalanya, mencium setiap sudut leher Jeongguk tanpa terkecuali.

β€œGod, you smell so good,” puji Taehyung sambil menggerakan bibirnya untuk mencium tulang selangka Jeongguk yang tercetak jelas dari balik kulit halusnya. Ia lalu menyelipkan kedua tangannya pada sweater tebal Jeongguk, merasakan kontak langsung kulitnya dengan pinggang Jeongguk yang ramping. Kulit halus itu terasa dingin.

Tentu Taehyung tak lupa untuk meninggalkan kecupan pada dada kiri kekasihnya dari balik pakaiannya yang tebal itu, letak dimana jantungnya berada.

β€œI love you, Jeonggukie,” kata Taehyung pada kekasihnya.

Jeongguk menjawab dengan lirih. β€œI love you too, Taehyungie.”

Taehyung mengangkat pakaian Jeongguk itu, menariknya naik hingga ia terlihat perut Jeongguk yang terlihat seperti jajaran roti sobek itu. Ia lantas menggeser bibirnya dari dada hingga perut Jeongguk, tiba-tiba merasakan respon tubuh kekasihnya. Punggung Jeongguk tidak lagi bersentuhan dengan kasurnya, ia merasakan tubuh kekasihnya itu melengkung sedikit, seperti membentuk busur.

β€œTae,” erang Jeongguk pelan, berusaha merangkai kata-katanya. Jeongguk merasakan napasnya terengah, padahal ia sedang tidak mengangkat beban di gym. β€œGeli.”

Taehyung tertawa pelan, masih merasakan tubuh Jeongguk terangkat di udara. β€œIya, sayang. Maaf.”

Tidak terhitung berapa banyak kata-kata indah yang Taehyung ucapkan pada Jeongguk, tidak terhitung berapa banyak kecupan yang Taehyung berikan pada kekasihnya itu.

He kisses him like there's no tomorrow. Taehyung kisses Jeongguk everywhere.

Jeongguk tidak sadar bahwa dirinya sudah menangis. Belum pernah ada satu orangpun dalam kehidupannya yang mencintai dirinya sebesar Taehyung.

Hanya Taehyung yang membuat Jeongguk sadar, bahwa ada seseorang dalam hidupnya yang mencintainya dengan sepenuh hati. Ia tidak hanya bisa merasakan kasih sayang Taehyung padanya, namun ia pun bisa melihatnya.

Taehyung yang sedang berfokus pada keindahan Jeongguk tiba-tiba mendengar kekasihnya itu menarik ingusnya. Ia lalu menghentikan kegiatannya, menangkup wajah Jeongguk yang sudah basah.

Sepasang mata bulat Jeongguk tertutup oleh air mata.

β€œSayang? Hei, are you okay?” Taehyung panik. Ia mengusap kedua pipi Jeongguk pelan, menghapus air mata yang membasahi wajah indah kekasihnya itu.

Dahinya mengernyit, terlihat dari sorot mata Taehyung bahwa ia khawatir.

Apa ia membuat Jeongguk tidak nyaman?

Taehyung melihat kekasihnya itu menggeleng pelan, mengedipkan matanya kemudian. Hidung Jeongguk terlihat memerah, bibir mungilnya bergetar.

β€œI'm totally okay,” jawab Jeongguk parau, air mata jatuh dari kedua ujung matanya. β€œI'm just really happy, Taehyung. Thank you for loving me.”

Thank you for loving me.

Ia menghela napas pelan, mendengar kalimat itu keluar dari mulut Jeongguk. Taehyung rasanya ingin menangis.

β€œAnd thank you for letting me into your life, Jeon Jeongguk.”

Taehyung loves Jeongguk so much he can't breathe.

Kekasih Jeongguk itu lantas meninggalkan kecupan pada dahinya, sebelum akhirnya kembali mengusap pelan kedua pinggang ramping Jeongguk dan menciumi perutnya lagi.

Jeongguk merasakan kepak sayap kupu-kupu menggelitik sekujur tubuhnya.

Ia lantas membuka mulutnya untuk berbicara.

β€œT-tae,” kata Jeongguk lirih. β€œPlease.” Jeongguk meminta pada Taehyung. Ia merasakan kekasihnya itu menyunggingkan senyum tepat diatas pusarnya.

β€œOkay,” balas Taehyung sambil meninggalkan kecupan pelan pada pinggang Jeongguk. β€œWe get a lot of time, don't worry. Let me praise your beautiful soul, sweetheart.”

It's going to be a very first long night for both of them, to tangle their love even more.