magnolia ; i got you • 509
Perjalanan dari Bandung menuju Jakarta mereka tempuh dalam waktu yang tidak normal—sekitar empat setengah jam, termasuk satu jam untuk berhenti makan siang di rest area dan membeli beberapa gelas minuman kopi via drive thru.
Taehyung memutuskan untuk tidak menyetel lagu sama sekali saat melewati tol Cikampek-Padalarang karena kakaknya sedang tertidur pulas. Sepertinya Namjoon benar-benar kelelahan. Ia melihat dari kaca spion tengah mobilnya, kakaknya itu memiringkan kepalanya dan tubuhnya ke arah Jimin tanpa bergeming. Hanya terdengar suara dengkuran halus yang keluar dari mulutnya.
Selama perjalanan, Taehyung dan Jeongguk tenggelam dalam keheningan masing-masing. Namun Taehyung, seperti biasa, meminta pada Jeongguk untuk diperbolehkan memegang salah satu tangannya. I need skin contact, okay, katanya tadi pada Jeongguk, yang ditanggapi oleh kekasihnya hanya dengan kekehan.
Walaupun pada akhirnya, Jeongguk hanya bisa tersenyum karena melihat Taehyung memutar kedua bola matanya, lalu mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Taehyung pada setir.
“Gitu aja kok ngambek sih kamu, Tae? Nggak asik deh,” ledek Jeongguk sambil berbisik, lalu terkekeh kemudian.
Kekasih Jeongguk yang sedang terlihat memijat-mijat kakinya sendiri akibat terlalu sering mengangkat kakinya dari pedal, hanya menoleh sekilas ke arahnya. Taehyung lalu tersenyum lebar, menunjukkan sederet gigi putihnya. “Iseng aja, lihat kamu luluh nggak. Eh luluh juga. Ternyata bukan cuman aku yang bucin verified.”
Mendengarnya, Jeongguk hanya menggeram lalu melirik tajam ke arah Taehyung. Ia mencengkram tangan Taehyung yang sedang digenggamnya, lalu menggigit pelan lengan kekasihnya itu.
Taehyung lalu meringis. “Sakit, Jeonggukie,” keluh Taehyung, lalu ia menyambung lagi. “Untung pacar, kalau nggak, aku pasti balas gigit tangan kamu juga.”
Jimin yang duduk di belakang hanya mendengus pelan sambil berbisik, tidak ingin membangunkan Namjoon yang sedang tertidur dengan kepalanya yang disandarkan dipundak Jimin.
“Lo berdua ada atau nggak ada orang di sekitar, sama aja ya. Apa kabar kalau salah satu dari kalian nanti suatu hari diminta dinas luar kota? Balas dendamnya berapa minggu,” kata Jimin santai, membuat Jeongguk lantas membalikkan badannya lalu menjulurkan lidahnya ke arah temannya itu.
Jeongguk lalu membalikkan tubuhnya lagi ke arah depan, mendengar Jimin menahan tawa. Ia lalu tersenyum, merasakan kedua pipinya menghangat mendengar kata-kata rekan kerjanya itu.
Benar juga, gue dan Taehyung belum pernah pisah selama itu, batinnya.
Melihat kekasihnya melamun karena percakapan barusan, Taehyung lantas meraih tangan kekasihnya lagi, mengusap-usap punggung tangannya dengan ibu jarinya, sambil melihat ke arah lalu lintas yang masih padat di depannya. Taehyung tersenyum, memberikan afirmasi pada kekasihnya bahwa tidak perlu memikirkan hal yang belum tentu terjadi itu.
“We can solve it with video call, right, sayang?” Tanya Taehyung sambil mengecup punggung tangan Jeongguk berkali-kali. Dari ujung matanya, Taehyung dapat melihat kekasihnya lantas menoleh dan menyunggingkan senyum simpulnya.
“Yes,” kata Jeongguk memajukan wajahnya kemudian, menatap wajah Taehyung lalu mendaratkan kecupan pada pipi kekasihnya itu. “We can always solve it.”
;
Setelah mengantar Namjoon dan Jimin ke salah satu apartemen milik kakaknya di Jakarta, akhirnya Taehyung dan Jeongguk sampai di apartemen milik kekasihnya di bilangan Kemang, Jakarta Selatan itu.
Beruntung sore menjelang malam ini, lalu lintas tidak begitu padat, sehingga mereka berdua hanya menempuh waktu setengah jam menuju apartemen Jeongguk. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore saat mereka tiba di apartemen.
Eunwoo, Mingyu, dan Yugyeom sempat mengabari mereka berdua bahwa trio teman dekat Jeongguk itu sudah sampai di rumah masing-masing via pesan singkat. Jeongguk lantas membalas dengan ucapan terima kasih panjang lebar, tak lupa menyuruh mereka bertiga untuk cepat mandi dan istirahat.
“Sayang, kamu mau berendam nggak?” Taehyung bertanya dengan setengah berteriak pada Jeongguk dari arah pintu apartemen. Kekasih Taehyung itu sudah lebih dulu masuk, berjalan ke arah kitchen untuk menyalakan panel listrik di flatnya. Taehyung menutup pintu apartemen dengan menjulurkan kakinya, karena tangannya penuh akibat menjinjing beberapa barang.
Walaupun mereka hanya bepergian ke Bandung beberapa hari, namun barang bawaan mereka dari sana termasuk sangat banyak.
Taehyung mendengar bunyi gemerincing kunci mobilnya yang bersentuhan dengan kitchen island Jeongguk. Ia pun mendengar kekasihnya seperti mengambil teko air panas yang biasanya digunakan untuk menyeduh teh untuk mereka berdua. “Biar aku siapin kalau kamu sudah capek, Gguk,” kata Taehyung masih dengan volume suara yang menurutnya dapat terdengar oleh kekasihnya hingga ke dapur.
Tak lama kemudian, Taehyung mendengar langkah kaki Jeongguk mendekat, seperti berlari-lari kecil ke arahnya. “Sini aku bantu, Tae,” kata Jeongguk singkat sambil mengambil kantong plastik berisi sepatu boots mereka yang kotor dari tangan Taehyung. Ia pun tak lupa mengambil koper besar warna hitam miliknya untuk dibawa ke kamar tidurnya.
Jeongguk rasanya lelah sekali. Perjalanan dari dan ke Bandung benar-benar membuatnya ingin segera merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Sekujur tubuhnya pegal. Ia rasanya ingin sekali mengusulkan untuk pergi ke tempat refleksi dengan Taehyung sekarang juga, seperti saat dahulu mereka berdua belum menjadi sepasang kekasih.
Namun akhirnya ia urungkan karena teringat, bahwa Taehyung pasti jauh lebih lelah dibandingkan dirinya. Selelah apapun kekasihnya itu, ia pasti akan lantas mengiyakan ajakan Jeongguk dan bersikeras agar dirinya saja yang menyetir.
Menghela napas kasar, ia lalu berkata pada Taehyung yang terlihat sedang memutar-mutar lehernya dan menekuk-nekuk jemari tangannya bergantian. “Duh, andai aku punya jacuzzi di sini, kita bisa berendam bareng, Tae.”
Taehyung yang sedang sibuk meregangkan tubuhnya yang pegal karena menyetir sehabis melawan kemacetan lagi, menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Jeongguk. Ia lalu melepas jaket hitam yang sempat dipakainya tadi, meletakkannya pada sandaran sofa dekat pintu apartemen Jeongguk, dan berjalan mendekat ke arah kekasihnya itu.
“I wish I have one too at home,” ujar Taehyung sambil menjulurkan kedua tangannya untuk memegang bahu kekasihnya. “Ayo kita segera mandi masing-masing, so we can drink our tea and cuddle soon, okay?” Taehyung berkata dengan tersenyum, dengan lembut memijat-mijat tengkuk Jeongguk yang sepertinya terasa pegal.
“Mmhh, okay, Tae,” jawab Jeongguk melenguh, merasakan pijatan Taehyung mungkin bisa membuat ototnya rileks. Sementara ia sudah mengalungkan kedua tangannya pada punggung Taehyung untuk mengikis jarak diantara mereka. Jeongguk lantas menggumam, menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung. “I just need to cuddle you soon. Aku jadi males mandi.”
Mendengar Jeongguk, Taehyung hanya terkekeh sambil mengusap bagian belakang kepala kekasihnya. Surai hitam Jeongguk yang tebal itu terasa seperti kain sutra karena terlalu halus.
Taehyung pun secara otomatis menenggelamkan wajahnya pada puncak kepala kekasihnya. “I will carry you to the bathroom then kalau kamu nggak mau mandi,” kata Taehyung sambil mengecup kening Jeongguk, masih memeluk kekasihnya yang terdengar menghela napas.
“Yeah, alright, Tae,” kata Jeongguk kemudian sambil melepas pelukannya, lalu berjinjit sedikit untuk menangkup wajah Taehyung dan mencium kekasihnya.
Jeongguk mengikis jarak antara mereka dengan mendaratkan kecupan singkat pada bibir mungil Taehyung. Ia hanya melakukannya sekali saja, ingin segera mandi agar bisa mempercepat waktu istirahatnya.
Namun sepertinya Taehyung memiliki pemikiran berbeda.
Jika Jeongguk bisa memberitahu seluruh dunia mengenai hobinya, sepertinya mencium Taehyung akan dijadikan poin pertama olehnya. Bagi Jeongguk, setiap kali mereka berciuman, masing-masing memiliki kejutan tersendiri.
Setiap kali mereka berciuman, Jeongguk rasanya ingin sekali membuka semua kotak Pandora yang Taehyung miliki.
“Damn, I love kissing you, Jeonggukie,” bisik Taehyung ditengah ritme ciuman mereka yang lambat itu. Bibir Jeongguk terasa kasar dan kering, membuat Taehyung lalu memperdalam ciumannya untuk membasahi bibir kenyal milik kekasihnya itu.
“I love kissing you too, Taehyungie,” balas Jeongguk kemudian, menarik wajahnya untuk menyudahi ciuman mereka. Ia lalu tersenyum lebar ke arah Taehyung, menunjukkan gigi kelincinya. “Tapi aku capek berdiri, Tae. Ciumannya nanti lagi, ya?”
Taehyung lalu menggeram, menghela napas lalu berkata dengan suara beratnya. “Sayang, you'll be the death of me for real.”
Ia hanya mendengar Jeongguk terkekeh sambil berlari ke arah kamarnya untuk mandi, meninggalkan Taehyung yang sedang tertawa melihat tingkah kekasihnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran di ruang tengah.