magnolia ; i got you • 340

Setelah membaca pesan Taehyung panjang lebar dan sukses membuatnya menangis di kamar tidurnya, Jeongguk akhirnya dengan cepat bangkit dari duduknya di kasur dan melangkah keluar dari sana. Sebelumnya, Jeongguk sudah membawa kain tipis dari kamar mandinya. Menangis sedikit saja dapat membuat kedua mata bulatnya membengkak, mengharuskannya untuk membasahi kain itu dengan air dingin untuk dikompreskan pada matanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi saat Jeongguk berhenti menangis. Sebentar lagi ia harus berangkat menuju kantor jika tidak ingin terlambat menghadiri meeting; untuk membahas segala macam masalah yang tiba-tiba datang bertubi-tubi.

Jeongguk lalu membuka kulkasnya untuk mengambil air mineral dingin untuk ia tuang di baskom, merendam kain itu kemudian, dan akhirnya ia berjalan ke arah sofa di ruang tamu. Sesaat sebelum akhirnya Jeongguk merebahkan dirinya di sofa dan mengompres kedua matanya, ia menyetel alarm dihandphonenya, untuk membangunkannya tiga puluh menit lagi.

Ia berpikir, ini adalah waktu yang tepat untuk memperpanjang waktu tidurnya barang sebentar; hari ini akan menjadi hari yang panjang.

;

God damn, this wasn't supposed to be like this, Anggia...

This is a part of my job, Taehyung! I am the one that should take care of it!

I know... I know. Tapi ini akan memperlambat semuanya, terutama pekerjaan tim gue dan Jeongguk! God damn, kenapa nggak lo consult sama kita dulu, ya?! Ini by the way, Purchasing dan Legal mana?! Coba minta tolong panggil dulu, Jim.

Oke, Tae, sebentar gue telepon orangnya.”

Pak Jeongguk, ini ada tim Legal mau tanya mengenai logo, signage, dan banner untuk promosi, Pak. Berhubungan dengan pajaknya nanti. Maunya bicara dengan Bapak, nggak mau dengan saya dan teman-teman staf Marketing...

Shit!

Jeongguk hanya bisa tercekat mendengar Taehyung mengumpat barusan. Ia hanya bisa menghela napas berat sambil mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya ia ingin berteriak sekencang-kencangnya mendengar timnya sedang adu argumen seperti ini, kalau saja mereka tidak sedang berada di ruangan meeting yang dekat dengan area dining.

Belum lagi mendengar stafnya yang menanyakan hal yang sepele, namun menurutnya bodoh.

Apa mereka tidak bisa membaca situasi?! Jeongguk hanya bisa mengumpat dalam hati.

Tell them I will call back later. Apa kamu nggak lihat ini kita sedang meeting heated begini?” Jeongguk menjawab nada sedikit tinggi, namun berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak ingin para stafnya malah menangis ditengah-tengah meeting karena mendengarnya marah.

Staf Jeongguk hanya mengangguk cepat tanda paham lalu menyampaikan persis seperti yang Jeongguk katakan pada tim Legal yang mencarinya.

Masalah yang dibahas pada meeting saat ini saja belum selesai, ditambah lagi dengan tim Legal yang mencarinya dan ingin berbicara dengannya langsung. Semua ini pasti berkaitan dengan logo dan hak paten yang sejak kemarin belum selesai dibahas.

Beberapa masalah yang kemarin juga sempat Jeongguk bereskan hingga malam hari berawal dari ide Anggia untuk mengganti vendor signage, yang ternyata sudah mendapat approval Steve. Entah mengapa ide itu mencuat begitu saja dari Anggia, yang notabene adalah orang baru, untuk dengan seenaknya mengganti vendor tanpa persetujuan Taehyung dan Jeongguk. Ya, singkatnya, Anggia sudah 'melangkahi' mereka berdua. Yang menjadi pertanyaan dikepala Jeongguk adalah, apa privilege yang Anggia miliki sehingga wanita itu melangkahi ia dan kekasihnya dan langsung mendapat persetujuan.

Oleh karena 'aksi' Anggia, otomatis produksi signage akan mundur dan akan berpengaruh pada jadwal pembukaan restoran yang tinggal beberapa minggu lagi. Secara langsung pun akan mempengaruhi seluruh marketing plan yang digarap oleh Jeongguk dengan susah payah sejak jauh hari.

Jeongguk pun sendiri sudah ingin marah besar dan mengeluarkan kekesalannya. Namun ia merasa, ia akan hanya memperkeruh suasana saja. Semua orang sudah tegang dan takut dengan amarah Taehyung yang sudah akan meledak. Ia berusaha untuk mengimbangi suasana dengan menahan emosi. Jika Taehyung sedang naik pitam sekarang, Jeongguk ingin mengimbanginya, sehingga ada seseorang yang bisa menenangkan Taehyung.

Jika saja Anggia dan tim Purchasing mencoba menunggu kabar barang beberapa hari dari vendor existing langganan mereka, pihak vendor bisa mendahulukan project ini dan akan sangat menghemat waktu.

Maka Jeongguk tidak heran jika Taehyung yang sedang duduk di hadapannya terlihat emosi, sebentar lagi akan 'meledak'. Semua proses yang tim mereka berdua rencanakan seperti layaknya planning abal-abal yang dihancurkan begitu saja.

Jeongguk rasanya ingin mengulurkan tangannya untuk menenangkan Taehyung yang sekarang terlihat seperti orang kebakaran jenggot. Urat-urat tangan dan leher Taehyung sudah tercetak jelas di kulit kekasihnya itu, salah satu tangannya mengepal erat; terlihat dari buku-bukunya yang mulai memutih. Kedua bahu Taehyung terlihat turun naik, berusaha menahan emosi sejak meeting dimulai.

Jujur, Jeongguk sudah lama sekali tidak melihat Taehyung seperti ini. Kekasihnya itu jarang sekali menunjukkan kemarahannya, tidak seperti dirinya, blame his staffs though. Jika Taehyung sudah terlihat seperti seorang iblis yang sebentar lagi akan mengeluarkan tanduknya, tandanya seseorang dan/atau sesuatu sudah kelewatan.

Maka dengan segala keberanian dan keinginan untuk menenangkan Taehyung, namun tetap menjaga profesionalitas mereka berdua, Jeongguk lalu diam-diam melepas sepatu yang ia kenakan dengan kedua kakinya bergantian dibawah meja. Jeongguk lalu memajukan kursinya hingga mengenai meja untuk menjulurkan kakinya, menyentuh pergelangan kaki Taehyung dengan kakinya. Ia mengusap pelan ibu jari kakinya pada pergelangan kaki Taehyung, membuat kekasihnya itu lantas terlihat rileks, kedua bahunya tak lagi terlihat tegang. Taehyung yang terlihat emosi, perlahan mulai mencoba mengatur napasnya, lalu menyambar gelas yang berisi air mineral di sebelah laptopnya dan menegak isinya hingga habis.

Taehyung lantas mengangkat kepalanya dan memandang sepasang mata Jeongguk. Kekasih Taehyung itu akhirnya menyunggingkan senyum simpulnya lalu melafalkan kalimat dengan bibirnya tanpa suara, “Sabar, sayang. We will solve this together, okay?

Thank you, baby. I know we will. I am sorry for lashing out.” Kata Taehyung kemudian, sambil menatapnya teduh dan merasa bersalah karena telah membiarkan emosinya ikut andil dalam meeting siang ini.

Jeongguk hanya membalas dengan tersenyum lebar, membalas Taehyung kemudian, sambil tetap mengusap pergelangan kaki kekasihnya itu, ibu jari kakinya masih tetap bekerja dibawah meja. “It's okay, Tae. Shit happens.”