magnolia ; i got you • 322
Taehyung hanya terkekeh melihat Jeongguk yang melakukan aksi ngambek karena membeberkan 'kegiatan' mereka barusan dimedia sosial. Menurut kekasih Taehyung yang lebih muda darinya dua tahun itu, ia merasa hal-hal seperti itu tidak perlu diumbar-umbar. Menurutnya pula, itu adalah hal yang hanya boleh dinikmati berdua. Tentu Taehyung harus membayar dengan mencium Jeongguk berkali-kali; ditangan, dikening, dipipi, dan tentu, dibibirnya. Yang diminta demikian hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum menyerang Jeongguk dengan hujan ciuman.
Mereka sedang tenggelam dalam keheningan masing-masing; Jeongguk sedang berkutat dengan handphonenya, merasakan tangan Taehyung yang lebar sedang mengusap-usap betisnya pelan. Ia lantas tersenyum dengan gestur Taehyung, sesaat sebelum dirinya melirik ke arah Taehyung yang terlihat sedang melamun.
Selama mengenal seorang Taehyung, Jeongguk jarang sekali melihat kekasihnya zone-out seperti ini. Taehyung seperti tenggelam dalam pikirannya, yang Jeongguk sendiri tidak tahu apa. Sejak tadi Taehyung masuk ke kamarnya dan membawa tray dengan dua cangkir diatasnya, Jeongguk sudah merasakan ada yang aneh. Sebenarnya, Taehyung adalah orang yang sedikit tertutup. Ia jarang sekali mencurahkan isi hatinya pada orang lain, Jimin sekalipun.
Menurut Taehyung, lebih baik pikiran dan/atau masalah yang ada sebaiknya disimpan untuk dirinya sendiri.
Jeongguk lalu tersenyum simpul, menaruh cangkir kopi buatan Taehyung untuknya di nakas dekat kepala kasur, dan menggeser tubuhnya mendekat. Ia akhirnya memberanikan diri untuk mengajak Taehyung berbicara, yang sedari tadi hanya menatap kosong ke arah jendela apartemen.
Cuaca hari ini mendung, langit terlihat memunculkan gradasi warna putih keabu-abuan, membuat Jeongguk rasanya lebih ingin menarik tangan Taehyung dan memeluknya dalam selimut. Ia lalu mengulurkan tangannya untuk merangkul Taehyung dan menyandarkan dagunya pada bahu kekasihnya itu. Taehyung yang sedang melamun sempat terkejut, lalu melemparkan senyum kikuk pada Jeongguk. Taehyung pun meninggalkan tiga kecupan di pipi kanannya yang cukup lama.
“Tae, mind to share your thoughts?” Jeongguk bertanya, sambil memindahkan tangannya untuk mengusap-usap punggung Taehyung naik turun. “You seemed different. Apa kamu mau cerita ke aku?”
Pria itu hanya menjawab dengan gumaman lalu menghela napas berat. Jeongguk masih mengusap-usap punggung Taehyung saat berkata, “Aku nggak akan maksa kamu cerita, oke? It's totally up to you.”
Mendengar kata-kata Jeongguk, Taehyung hanya menggeleng lalu menolehkan wajahnya, menempelkan hidung mancungnya pada tulang rahang kekasihnya sambil tersenyum. “It's fine, sayang. I will tell you shortly, okay?” Taehyung lalu mengecup pelan rahang hingga ujung bibir Jeongguk lembut, seperti mengikuti ritme napas mereka berdua, sebelum akhirnya mengecup pelan bibir Jeongguk.
“Jeonggukie.” Taehyung berbisik lirih disela ciuman mereka, yang dibalas oleh kekasihnya hanya dengan menggumam. “I love you,” bisik Taehyung lagi sambil menghela napas, membuat napas Jeongguk menjadi pendek-pendek. “So much, you have no idea.”
Mendengarnya, Jeongguk hanya bisa menyunggingkan senyumnya dan menggigit bibirnya sendiri. “And I love you, Tae.”
;
Tidak membutuhkan waktu untuk Taehyung akhirnya bercerita sambil merebahkan tubuh mereka di kasur besar milik Jeongguk. Kamar Jeongguk lebih luas sedikit dari kamar tamu yang Taehyung tempati untuk istirahat selama weekend ini. Ia pun sebelum menempati apartemen ini, benar-benar meminta izin pada orang tuanya untuk mendekor seisi apartemen sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Jeongguk bersyukur, beliau berdua membebaskan dirinya untuk memilih, toh orang tuanya sendiri yang mengatakan, satu unit apartemen dengan luas seratus enam puluh lima meter persegi itu dihadiahkan untuknya.
Berkat bantuan Yugyeom, ia akhirnya bisa mengisi seluruh apartemen sesuai dengan keinginannya. Jeongguk pun dahulu sempat meminta pada Yugyeom, bahwa ia ingin kamarnya bernuansa monokrom; dan tentu ingin didekorasi sedemikian rupa sehingga nyaman untuk dapat ditempati dua orang. Ia ingat betul, Yugyeom lalu memukulnya dengan buku katalog kain sofa tebal yang sedang dipegangnya.
Mereka berdua sedari tadi sudah merebahkan diri di kasur sambil berhadapan, menemukan posisi nyaman untuk mengobrol dari hati ke hati.
Taehyung lalu bercerita tanpa henti, membahas sedikit banyak tentang keluarganya; terutama kakak-kakaknya, Seokjin dan Namjoon. Jeongguk sudah pernah mendengar nama kakak kedua kekasihnya, yang juga kekasih Jimin yang menetap di Bandung sejak Namjoon menempuh perkuliahan di sana.
Pria yang sedang memandangi Jeongguk sambil memegang dan mengusap punggung tangannya itu pun bercerita tentang kakak pertamanya, Seokjin. Ia akan pulang ke Indonesia bersama Ayahnya, setelah empat tahun lebih menjalani pendidikan master dan meniti karir di negeri orang.
Kakak pertama Taehyung, yang 'meninggalkan' kekasih Jeongguk itu 'sendirian' di Jakarta tanpa memikirkan perasaannya. Menurut Taehyung, Seokjin tidak pernah memberi, bahkan menanyakan kabar mengenai keluarganya sama sekali. Taehyung dahulunya bersemangat, hingga akhirnya pasrah dengan tingkah laku kakaknya yang aneh dan menurut Taehyung, mudah melupakan keluarganya.
Selama Taehyung bercerita, tidak sedikitpun Jeongguk berusaha untuk memotong dan menasihati kekasihnya itu. Justru sebaliknya, ia dengan serius mendengarkan cerita Taehyung dari awal hingga akhirnya selesai. Selama ini, Jeongguk sudah hidup 'sendiri', ia tidak memiliki saudara kandung. Saudara terdekatnya hanyalah Yoongi, kakak sepupunya yang berbeda empat tahun darinya. Mereka berdua pun sudah jarang bertemu, karena pekerjaan dan kesibukan masing-masing yang membuat rencana temu kangen mereka selalu gagal.
Taehyung akhirnya memberi sinyal pada kekasihnya bahwa ia sudah selesai bercerita dengan mengikis jarak diantara mereka berdua lalu mencium kening Jeongguk. Taehyung pun mengucapkan terima kasih pada Jeongguk, lalu mempersilahkan kekasihnya untuk menanggapi. Ia tahu, pria di hadapannya itu sudah tidak sabar untuk menanggapi cerita panjang lebarnya tentang kakak laki-lakinya.
Jeongguk berdehem, membalas ciuman Taehyung tepat di bibir, lalu menarik kepalanya untuk menatap sepasang manik hazel yang selalu membuatnya merasa 'aman'.
“First of all, Taehyungie, terima kasih karena kamu sudah mau terbuka dengan aku. Aku tahu, kalau masalah dan cerita tentang keluarga itu terkadang adalah hal yang cukup sensitif,” kata Jeongguk sambil menangkup wajahnya dan mengusap pipi Taehyung dengan ibu jarinya. Taehyung lantas menempelkan pipinya lebih erat dengan telapak tangan Jeongguk yang mungil.
“Yang kedua, Tae, kalau menurut aku, ya,” jeda Jeongguk sambil mengambil napas sambil merangkai kata-katanya di otaknya. “...apa nggak sebaiknya kamu temui aja, kakak dan Papa kamu? Mereka pasti kepengin ketemu kamu, lho, Tae. It's been too long, no?
“Lagipula menurut aku, ya. Siapa tahu kak Seokjin juga mau... I don't know, menjelaskan kenapa dia selama ini seperti itu? He's doing it for a reason, I'm sure, Tae.”
Perlahan, Taehyung meraih tangan Jeongguk yang menangkup wajahnya, lalu membawanya tepat didepan bibirnya, mengecupnya lama hingga Jeongguk merasakan kasarnya bibir Taehyung dipunggung tangannya.
“Iya, sayang, aku tahu. Maka itu aku cerita ke kamu. I need some advices though, how to face him.” Taehyung lalu membuka sepasang matanya yang tadi terpejam dan menatap Jeongguk. “Aku tadi sudah berpikir seperti itu juga, persis dengan apa yang kamu bilang barusan. I just need to reassure myself.”
Jeongguk dengan jelas melihat Taehyung seperti masih memiliki cerita yang disembunyikan. Pun ia sendiri berpikir, ia tahu, Taehyung pasti akan memberitahunya saat ia siap. Jikalau memang kekasihnya itu tidak akan bercerita padanya, tidak masalah. Ia akan menghargai privasi Taehyung, sampai kapanpun. Jeongguk tidak akan memaksa Taehyung apapun; kecuali meminta Taehyung untuk menciumnya berkali-kali yang akan membuat bibir mereka ngilu karenanya.
Memikirkannya membuat Jeongguk lantas tersenyum malu, membuat kedua pipinya memerah. Jeongguk sadar betul, Taehyung sudah memandanginya dengan kerling berbeda, sambil menaikkan satu alisnya dan tersenyum jahil.
“Ugh, I love you, okay?” Jeongguk lantas mengalihkan perhatian Taehyung dengan berkata demikian, menyembunyikan rona wajahnya. “Kamu orang yang kuat kok, Tae, aku tahu. And I know you will do just fine. Pacarnya siapa dulu, ya 'kan?”
Taehyung hanya menjawab dengan suara seraknya dan rendah seperti bas, membuat bulu kuduk disekujur tubuh Jeongguk meremang.
“Pacarmu, dan cuman punyamu. Okay?”
Ia tidak lagi meneruskan jawabannya dengan kata-kata. Setelah menjawab, Taehyung hanya tersenyum lebar, menunjukkan senyum kotaknya dan mengangkat tubuhnya, untuk memeluk Jeongguk, lalu menarik selimut yang mereka kenakan sampai menutupi kepala.
Jeongguk hanya tertawa lalu berteriak kencang karena Taehyung menghujani wajahnya dengan ciuman bertubi-tubi sambil menggelitik pinggang rampingnya.
“TAEHYUNG!”