magnolia ; i got you • 291

Jumat merupakan hari yang cukup santai bagi para anggota tim yang selama ini sudah bekerja dibawah komando Steve. Biasanya, mereka hanya akan melakukan morning briefing jika ada sesuatu yang mendesak. Namun jika semua pekerjaan sudah rampung, mereka hanya akan berkutat pada load pekerjaan masing-masing.

Sejak pagi, Jeongguk terus menggerak-gerakkan kedua kakinya turun naik seperti sedang menjahit dengan mesin. Tidak jarang ia melirik ke arah Taehyung, yang tentunya terlihat sedang mencurahkan seluruh konsentrasinya pada layar laptopnya. Kedua telinga Taehyung yang terlihat dibalik rambut lebatnya pun ditutup oleh sepasang earbuds kecilnya yang berwarna silver.

Mingyu yang duduk di sampingnya itu hanya beberapa kali melirik tajam dan berdesis saat gerakan kaki Jeongguk lama-kelamaan mengganggu pandangan matanya. Ia lantas hanya berdecak dan segera menghentikan gerakan kakinya dan memberitahu Mingyu tanpa ditanya.

“Deg-degan nih gue, Gyu. Sori.”

Saat Mingyu menanyakan ada apa dengan kerlingan mata jahil seperti ingin mengulik gosip, Jeongguk membalas dengan memutar kedua bola matanya. Namun akhirnya ia membeberkan juga rahasianya pada teman dekatnya itu.

“Taehyung actually is going to sleep over at mine until Monday morning.” Ia lalu menarik napas, membuangnya kasar (karena terlalu gugup), dan menyambung lagi. “And I actually covered a song last night for him. Mampus nggak, lo? Dobel-dobel nih deg-degannya!”

Entah siapa yang lebih dulu berteriak dan/atau tertawa (Jeongguk juga tidak sadar), tiba-tiba Eunwoo dan Yugyeom yang sedang fokus bekerja, pun Jimin serta Anggia (oh dia tidak mungkin ketinggalan), dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Kedua teman dekatnya yang duduk persis berhadapan dengannya dan Mingyu hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Sedang Anggia, Jeongguk tidak tahu apa yang ada didalam pikiran wanita itu. Saat mereka berdua bertemu mata, Anggia hanya mengerjapkan sepasang mata bulatnya beberapa kali lalu melempar senyum penuh arti padanya. Tentu Jeongguk yang sama sekali tidak tahu apa arti dibalik senyum itu, hanya tersenyum lebar dengan kikuk sambil memperlihatkan sederet giginya yang putih.

Sebenarnya, Anggia sempat menanyakan pada Jeongguk mengapa tidak membalas pesannya kemarin saat tadi pagi ia tiba di kantor. Ia bersyukur Taehyung belum terlihat batang hidungnya tadi pagi saat wanita itu menyapanya dan menanyakan hal itu. Jeongguk dengan segala keahlian berkomunikasinya, hanya menjawab bahwa ia tidak sempat membalas pesan wanita itu dengan alasan pesannya tertumpuk dengan pesan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Entah Anggia adalah tipe manusia yang mudah percaya atau sudah malas mendengar alasannya, wanita itu akhirnya hanya mengangguk dan tersenyum simpul. Saat Jeongguk berjalan ke arah mejanya, ia hanya mengernyitkan dahinya bingung dan berpikir, apa yang sebenarnya wanita itu inginkan dengan mengajaknya makan siang bersama. Namun yang pasti, Jeongguk sudah memberitahu Taehyung bahwa dirinya tidak akan mengiyakan ajakan wanita itu jika hanya berdua saja.

Jeongguk tidak melihat Taehyung dari meja kerjanya bergeming, sepertinya pria yang semalam menciumnya itu sedang sibuk. Ia akhirnya hanya berbalasan tatap dengan Jimin, yang terlihat mengerlingkan matanya jahil, persis seperti yang dilakukan oleh Mingyu. Apakah Jimin tahu bahwa sahabatnya itu akan menginap di apartemennya hingga hari Senin? Membayangkan Jimin tahu saja sudah membuat bulu kuduknya meremang. Ia tidak ingin seisi kantor tahu bahwa mereka akan menghabiskan waktu bersama saat weekend. Jeongguk malas jika harus menjadi bahan ledekan untuk waktu yang cukup lama, karena sejak dulu, ia dan Taehyung dikenal seperti anjing dan kucing; tidak pernah akur dan selalu 'adu mulut'.

Benar kata orang, minuman paling nikmat adalah air liur sendiri.

Ia lantas menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya, mencoba mengatur napasnya yang sama sekali tidak karuan. Sejak tadi malam, Jeongguk entah mengapa tidak bisa tidur nyenyak. Ciuman singkat selama dua menit dengan Taehyung kemarin malam membuat perutnya mulas, kepalanya pusing, dan dadanya berdegup kencang. Sebut saja Jeongguk benar-benar norak, ia tidak peduli, karena memang benar adanya. Belum pernah ada satu orangpun yang mencium Jeongguk sambil membisikkan kata-kata manis untuknya disela-sela ciuman itu. Garis bawahi, belum pernah ada.

Rasanya dengan Taehyung, ia seperti diajak berpetualang ke tempat yang belum pernah ia singgahi. Pun dengan Taehyung, Jeongguk merasakan pria itu selalu mengistimewakan dirinya, tanpa tidak mengacuhkan dirinya sendiri.

Setelah tiga tahun lamanya ia 'hiatus' dari hobinya meng-cover lagu dan bermain gitar, tiba-tiba saja malam tadi setelah Taehyung keluar dari apartemennya, dengan cepat ia menutup dan mengunci pintu, lalu melangkahkan kakinya ke arah wardrobe room. Ruangan itu terletak didalam kamar tidurnya, berbentuk seperti walking closet kecil yang Jeongguk dekor sedemikian rupa agar ia selalu nyaman bila berganti pakaian.

Saat melangkah masuk ke ruangan itu, Jeongguk lalu berbelok ke kiri, ke arah lemari pakaian yang jarang ia tengok sejak ia bekerja di perusahaan milik Steve. Kesibukan membuatnya benar-benar mengabaikan dua hobinya itu. Pun sebenarnya Jeongguk selalu 'berlari' dari realita dengan memainkan gitarnya dan memainkan lagu sedih yang seakan meremas dan menyayat hati hingga larut malam.

Jeongguk lalu membuka lemari pakaiannya dengan yakin dan melihat gitarnya yang dibalut dengan kain hitam disisi ujung belakang lemari pakaiannya. Alat musik itu bersembunyi dibalik pakaian dengan warna monotonnya yang digantung rapi berhimpitan. Ia lalu mengambil beberapa pakaian yang menghalangi gitarnya dan menaruhnya diatas kursi bulat pendek berwarna hitam yang diletakan persis di belakangnya. Ia mengulurkan tangannya dan akhirnya mengangkat gitar itu untuk dikeluarkan dari lemari.

Memori yang ia habiskan dengan gitarnya itu perlahan muncul didalam kepalanya, berputar-putar seperti roll film rekaman tempo dulu, menampilkan beberapa potong memori yang membuatnya tersenyum kecil.

Akhirnya Jeongguk bertekad untuk memainkan beberapa lagu yang mengingatkannya pada Taehyung. Ia pun berencana untuk melakukan kembali hobinya dan mempersembahkannya pada Taehyung.

;

Selama perjalanan menuju apartemen, Taehyung tidak henti-hentinya meninggalkan kecupan pada punggung tangan Jeongguk sambil sesekali memejamkan matanya. Ia pun lalu menarik tangan kanan Jeongguk untuk ia genggam dan menempelkannya pada pipinya sendiri. Jeongguk yang melihatnya hanya ber-oh-ria sambil menatap pria yang di sampingnya itu teduh.

Mereka berdua tidak mengobrol banyak, hanya sesekali berbicara saat diperlukan. Lagu-lagu favorit Taehyung mengalun lembut mengisi keheningan. Sesekali Jeongguk mendengar Taehyung bersenandung mengikuti irama lagu. Ia hanya tersenyum, melihat pria di sampingnya yang ia sukai itu, menikmati lagu walaupun raut wajahnya tidak bisa berbohong jika ia saat ini sedang lelah.

“Tae, you seemed so busy all day. Capek ya?” Tanya Jeongguk pada Taehyung saat mereka berdua sudah sampai di apartemennya. Jeongguk mempersilahkan pria itu untuk masuk ke apartemennya terlebih dahulu karena ia membawa tas laptop pada bahu kanannya dan menjinjing tas yang biasa ia gunakan saat gym. Jeongguk lalu menutup pintu apartemennya dengan sikunya, mendorong pelan lalu berjalan mengekor di belakang Taehyung.

Taehyung hanya membalas Jeongguk dengan menggumam, menaruh kedua tasnya di sofa. Ia lalu membalikkan dan menyandarkan beban tubuhnya pada bagian belakang sofa. Jeongguk hanya tersenyum melihat ke arahnya lalu menghampiri Taehyung, mengulurkan tangannya untuk memeluk Taehyung, yang sudah siap menyambutnya dengan membentangkan kedua tangannya.

“Sini, gue mau peluk. Butuh skin contact, Gguk.” Taehyung berkata singkat saat ia merengkuh Jeongguk dalam pelukannya. Sedang pria yang sedang dipeluknya hanya tertawa kecil dan menopangkan kepalanya pada bahu Taehyung. “And yes, I'm so freaking exhausted today. Tim Legal baru kasih laporan soal kerjaannya dari siang. Jadilah gue kelabakan sama Jimin,” jelas Taehyung kemudian.

You did great today, Taehyungie,” kata Jeongguk menanggapi. Tak lama kemudian, ia lalu mengangkat kepalanya bingung. “Lho, Anggia? Dia ngerjain apa? Lo nggak minta tolong dia, Tae?” Pertanyaan Jeongguk lalu membuat Taehyung menghela napas berat dan mengusap keningnya kasar.

“Anggia juga lagi ribet ngerjain kerjaan dari Steve. Jadi ya sudahlah, kita bertiga sibuk masing-masing. Tapi puji Tuhan sudah kelar. Lama nggak ribet kayak begini, jadi lupa rasanya, Gguk.” Taehyung akhirnya terkekeh karena statementnya sendiri. Jeongguk hanya tersenyum mendengarnya, sambil mengusap punggung Taehyung pelan. “Jeonggukie hari ini santai, ya?”

Pria yang ditanya hanya mengangguk lucu dan menatap Taehyung lekat, membuat Taehyung lalu tersenyum lebar dan dengan berani memajukan kepalanya untuk mengecup hidung Jeongguk. Hari ini mereka berdua pun tidak banyak mengobrol di kantor, keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing; membuat Taehyung benar-benar mati karena rindu.

“Gue kangen banget, Gguk, padahal kita masih seruangan tadi seharian,” kata Taehyung sambil mengusap kantung mata Jeongguk dengan ibu jarinya.

Jeongguk yang saat ini merasakan dadanya berdegup kencang tidak karuan, hanya tersenyum lebar seperti kelinci. Ia lalu membalas dengan mengecup pipi Taehyung dan berkata, “Gue juga kangen, Tae. Duduk, yuk? Gue buatkan chamomile tea supaya rileks. Ya?”

Taehyung akhirnya mengangguk tanda setuju lalu mengangkat kedua tangannya untuk menangkup wajah Jeongguk, lalu mengecup kening pria itu singkat. Ia hanya mendengar pria di hadapannya itu melenguh protes dan mencubit lengannya keras, lalu tertawa terbahak-bahak dan berlari menuju dapur. Taehyung hanya bisa meringis kesakitan dan akhirnya ikut tertawa.

Saat Jeongguk sedang membuat teh chamomile favorit mereka berdua di dapur, ia sekilas melirik ke arah Taehyung yang terlihat sedang mengernyit bingung sambil melihat handphonenya. Jeongguk lalu melihat Taehyung yang sedang duduk di sofa akhirnya berdiri dan melangkah menuju speaker portable miliknya yang ia letakkan di buffet dekat televisi.

Ia hanya tersenyum melihat Taehyung yang sedang asyik sendiri sambil menuangkan air panas dari steamer kedalam cangkir yang perlahan airnya berubah warna menjadi hijau kekuningan.

Setelah selesai berkutat di dapur, Jeongguk lalu membawa tray dengan dua cangkir teh buatannya dan melangkahkan kakinya. Namun ia tidak menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat melihat Taehyung sudah berdiri dan bersandar pada kaca jendela apartemen. Ia mendengar satu lagu yang belum pernah ia dengar, melantun lembut dari speaker miliknya. Jeongguk pun melihat lilin aromaterapi di samping tempat Taehyung berdiri menyala, memenuhi seisi ruangan dengan wangi favoritnya, vanilla.

Okay...? What's the occasion, Tae?”

“Nggak ada, sayang.” Oh, how Jeongguk loves it when Taehyung calls him that. “Just wanted to make us both relax,” kata Taehyung sambil berjalan ke arahnya dan mengambil tray itu dari tangan Jeongguk dan meletakkannya di meja.

Dance with me, Gguk? Please?

What?

Jeongguk lantas menggeleng namun tetap membiarkan tangannya diraih oleh Taehyung untuk mendekat. “Tae, gue nggak bisa slow dance, according to this song you chose,” katanya sambil tertawa geli, melihat Taehyung yang sedang bergerak ke kanan dan kiri di hadapannya, mengikuti lantunan lagu. Jeongguk pun akhirnya membiarkan kedua tangannya digerak-gerakkan oleh Taehyung.

Sesaat lagu yang tidak Jeongguk kenali itu selesai, tiba-tiba lagu berganti menjadi satu lagu yang sangat ia kenal. Seketika ia memandang Taehyung dengan tatapan terkejut sambil terbelalak. Kedua matanya membulat tidak percaya.

“Tae...?” Tanya Jeongguk singkat, seperti kehabisan kata-kata. Lagu ini, the exact song was his favorite. Ia pernah sekali meng-cover lagu penyanyi kondang John Legend ini dan menjadi viral. Dahulu, Jeongguk cukup dikenal oleh masyarakat luas karena secara rutin mengunggah rekaman cover lagunya di media sosial dan mendapat respon yang positif.

Maka Jeongguk sangat terkejut saat lagu berjudul 'Start' ini diputar oleh Taehyung.

What goes underneath your armor Underneath your clothes Do you know? Let's find out together Let's find what we're looking for We'll explore

Jeongguk hanya memandangi Taehyung lekat, entah mengapa ia ingin menangis saat melihat pria di hadapannya ini tengah melafalkan setiap lirik tanpa suara, sambil memeluknya erat. Seakan Taehyung sedang menumpahkan seluruh perasaannya pada Jeongguk. Seakan Taehyung sedang mengeluarkan hatinya dari dadanya dan membiarkannya menganga di depan Jeongguk.

Leave your house of mirrors, hear me out Fear no consequence, forget your doubts

Taehyung hanya memandangnya dengan penuh cinta, sambil tetap membimbing Jeongguk bergerak pelan ke kanan dan kiri mengikuti instrumen lagu. Ia seperti tidak peduli dengan bisingnya suara klakson kendaraan bermotor di sepanjang jalan yang terdengar sampai apartemen Jeongguk berada. Ia tidak peduli dengan chamomile tea buatan Jeongguk yang masih hangat. Ia tidak peduli betapa cringey dirinya saat ini. Ia hanya peduli dengan seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.

Hanya Jeongguk yang berarti untuk Taehyung saat ini.

I don't know where the road leads You don't know if I'll break your heart We don't know how the winds will blow And we won't know We won't go unless we start Ooh, ooh, start

“Gguk, gue sayang banget sama lo. More than you'll ever know.”

Fall into the sea of possibility And hope We're letting go Float away with me Until we can't see any coast That we know Hold on tight until we become one Find our island underneath the sun

Do you want to fight this crazy world with me, together, Jeongguk?

Kedua lutut Jeongguk lemas, ia takut sebentar lagi akan tersungkur di lantai apartemen dan menangis kemudian. Namun dengan sigap, Taehyung menopang tubuhnya dan memeluknya erat. Jeongguk sama sekali tidak menyangka bahwa pria yang ia sayangi saat ini tengah menyatakan cintanya lewat lagu favoritnya. Lagu yang sama sekali sudah ia lupakan sejak lama, entah karena apa.

I don't know where the road leads You don't know if I'll break your heart And we don't know how the winds will blow And we won't know We won't go unless we start Ooh, ooh, ooh, start, yeah

Jeongguk menggeleng keras berkali-kali, berusaha menghentikan air matanya yang sudah mengalir deras tanpa aba-aba. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan Taehyung dengan kata-kata. Jeongguk hanya bisa menempelkan keningnya pada bahu Taehyung, berusaha untuk berhenti menangis.

Taehyung menyatakan cintanya, disaat yang tidak pernah ia sangka. Taehyung, seseorang yang sudah menjadi rekan kerjanya bertahun-tahun. Taehyung, teman bertengkarnya hampir setiap hari. Taehyung, seseorang yang menjadi role modelnya selama ini.

Taehyung, yang tahu bagaimana caranya membuat Jeongguk belajar bahwa menjalani hidup tidak perlu dirasakan seperti beban.

Taehyung, yang tahu bagaimana caranya membuat Jeongguk yakin bahwa pria itu benar-benar peduli dan menyayanginya.

Akhirnya, dengan keberanian dan keyakinan, ia menjawab pertanyaan Taehyung dengan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu erat dan mengikis jarak diantara keduanya.

Jeongguk mendekatkan wajahnya, menatap kedua manik hazel dan bibir mungil Taehyung bergantian, sesaat sebelum ia berbisik “I definitely do, Taehyung.” dan mencium bibir pria itu.

Jeongguk merasakan pelukan Taehyung di punggungnya mengencang. Ia merasakan Taehyung memperdalam ciuman mereka. Tidak terburu-buru. Justru, Taehyung seperti mengikuti ritme lagu yang lambat untuk menciumnya. Tak lama, Jeongguk merasakan tetesan asin di bibirnya. Ia lalu membuka matanya, melihat kedua bulu mata Taehyung yang panjang itu basah.

Taehyung menangis, bersamaan dengan hujan yang membasahi Jakarta malam itu.

Thank you for trusting your heart to me, Jeongguk. I definitely will keep it safe as long as I can. As long as I love you.”