magnolia ; i got you • 234
“Gguk? Gue sudah di lobi. Boleh jemput? Maaf ya, ngerepotin lo,” pinta Taehyung singkat sambil tersenyum kecil, mendengar Jeongguk menyapa dengan suara seraknya setelah nada sambung pertama. Jika ada orang yang kebetulan melihat Taehyung saat ini di lobi, mungkin ia akan dicap sebagai orang aneh.
Ia mendengar Jeongguk meresponnya dengan nada kaget, seperti tergesa-gesa. “Eh, okay, Taehyung. Sebentar ya. Gue baru selesai mandi, hehe.” Taehyung mendengar Jeongguk tertawa kecil, membuat dirinya sendiri tidak bisa menahan senyum kotaknya dan memejamkan matanya. Sudah gila kah, dia? Hanya karena mendengar suara Jeongguk lewat telepon saja membuat sekujur tubuhnya lemas dan kedua pipinya nyeri.
“Nggak usah bawa apa-apa dan ganti baju!” Taehyung memotong cepat. Ia sadar ia lupa untuk memberitahu Jeongguk. “Gue sudah belanja banyak makanan, minuman dan sereal buat lo sarapan, makan siang, dan makan malam. Okay? Just bring your cute self down here. Gue di depan Starbucks ya, Gguk.”
Taehyung pun mendengar Jeongguk menggeram dari ujung telepon. Ia tahu Jeongguk sedikit kesal dan mungkin dirinya akan dimarahi saat pria itu sudah turun dan menemuinya. Ia pun lalu memutuskan sambungan telepon saat mendengar Jeongguk memberitahunya bahwa pria itu akan segera turun dan menjemputnya.
Pria yang lebih tua usianya dari Jeongguk itu lalu memasukkan handphonenya kekantong celananya, melihat sekilas jam tangan yang ia kenakan di tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit malam hari. Beruntung ia sudah berbelanja beberapa barang untuk Jeongguk, sehingga mereka berdua bisa menghemat banyak waktu.
;
Taehyung memutuskan untuk mengambil lembur barang satu jam berkat beberapa to-do-list dari Jeongguk yang ia tahu harus diselesaikan dengan cepat. Ia sempat bercengkrama sebentar dengan Jeongguk di mejanya, saat pria itu hendak pulang dan bermaksud untuk berpamitan pada Taehyung dan Jimin.
Taehyung sedari tadi sedang melakukan gerakan diam seribu bahasa dengan Jimin. Mereka berdua hanya diam karena tidak ingin berbicara apapun dengan Anggia, yang mejanya tepat berada di hadapan mereka berdua. Namun Taehyung mendadak berubah seratus delapan puluh derajat, saat ia melihat Jeongguk berjalan ke arahnya dengan menenteng tas kerjanya. Tentu Jimin dengan cepat memutar kedua bola matanya dan melirik tajam ke arah mereka berdua.
“Hei, Jeonggukie. Sudah mau pulang?” Tanya Taehyung lembut sambil meraih salah satu tangan Jeongguk yang dirinya gunakan untuk menumpu tubuhnya di meja Taehyung. Jimin hanya meledek dengan bersiul, diikuti oleh ejekan lainnya yang terdengar dari ujung ruangan. Jeongguk hanya menggelengkan kepala dan menjulurkan lidahnya, sambil melayangkan tinjunya di udara, seakan-akan ingin meninju Mingyu dan Eunwoo yang terlihat terkekeh. Sedangkan Taehyung terlihat seperti seseorang yang sedang menerima piala karena menang perlombaan akbar. Cerah.
Jeongguk terlihat mengangguk dan memajukan badannya ke arah Taehyung. “Yes. Tae, nanti malam nggak jadi, ya?” Kata Jeongguk sambil berbisik di telinganya.
Mengernyit, Taehyung berpikir apa janji yang sudah ia buat nanti malam dengan Jeongguk. Jujur, load pekerjaan yang datang bertubi-tubi seketika membuatnya lupa akan janjinya.
“Emang kita mau ngapain, Gguk?” Tanya Taehyung kikuk, berusaha mengingat-ingat janjinya.
Pria yang sedang duduk di kursi kerjanya dengan menggerakkan sandaran kursinya maju mundur, mendengar Jeongguk hanya mendengus dan tertawa kecil. Jeongguk memukul pelan dahi Taehyung dan membuatnya meringis kesakitan. “Our plan, Taehyung. To buy groceries, remember?”
Jimin yang sedang meminum air mineralnya dari tumbler pemberian Namjoon, seketika memuntahkan isinya dan terbatuk-batuk. Taehyung dengan sigap menyambar laptop Jimin yang menyingkirkan semua barang diatas meja sahabatnya itu yang hampir terkena air. Tak lupa ia memberikan beberapa helai tisu pada Jimin untuk membersihkan mulut dan bagian atas bajunya. Jimin tersedak mendengar jawaban santai Jeongguk bahwa mereka berdua akan belanja bersama.
“Groceries shopping? Jesus Christ, how domestic you both are.” Kata Jimin terbata-bata karena batuk dengan nada mengejek, sambil tetap mengelap meja kerjanya dengan tisu. “Kok gue nggak diajak?”
“Sialan lo, Jim. Gue kira lo mau ngatain kita berdua. Kita mau pacaran, makanya nggak ajak-ajak. Ya, 'kan, Gguk?” Goda Taehyung pada Jeongguk.
“Ngarang aja!” Jeongguk dengan cepat menyanggah sambil mencubit pelan lengan Taehyung. “Belum resmi nggak boleh sesumbar tahu, Tae.”
Jeongguk hanya terkekeh, sedang Taehyung meringis lagi karena ulahnya.
“Maaf ya, Gguk, gue harus lembur sebentar.” Taehyung merespon dengan nada menyesal. Ia lupa bahwa ia memiliki janji dengan Jeongguk malam ini. “Sudah sana pulang. Hati-hati, ya. I will text you about tonight. Siapa yang nganter?” Tanya Taehyung sambil jarinya memainkan gelang berwarna silver yang dipakai di pergelangan tangan kiri Jeongguk.
Jeongguk hanya mengangguk pengertian. Ia pun sadar bahwa hari ini Taehyung tidak se-berisik biasanya. Jika Taehyung sudah diam, berkutat pada laptop, dan menyumbat kedua telinganya dengan earbuds, itu menandakan bahwa ia sangat sibuk dengan pekerjaannya.
“It's okay, Tae. Take your time. Nggak harus hari ini nggak apa, kok.” Jeongguk menjawab dengan tulus sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus bahu Taehyung, sebelum menyambung lagi. “Yang antar anaknya pak Bos. Mantep ya? Anak pak Bos ada kerjaan sampingan antar-jemput staf. Hahaha,” jawab Jeongguk sambil tertawa lalu mengaduh, kala ia merasakan bahu kanannya dipukul oleh si empunya predikat.
“Yugyeom, at your service,” kata Yugyeom sambil membungkukkan badannya, membuat Anggia tertawa.
Anggia, yang sedari tadi seperti dianggap tidak ada oleh mereka.
Taehyung lalu melirik tajam ke arah Yugyeom karena mendengar pukulan yang agak keras pada bahu Jeongguk tadi. Sedangkan Yugyeom hanya menjulurkan lidahnya sambil menggoda mereka berdua dengan mengangkat kedua alisnya.
“Nope, promise is a promise. Gue selesaiin kerjaan gue dulu, nanti gue ke apartemen. Ya?” Taehyung berkata lembut sambil melempar senyum teduhnya. Membuat Jeongguk rasanya ingin segera mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Taehyung, saat ini juga.
“Okay, see you soon?” Akhir Jeongguk sambil bersiap untuk pulang, memberi sinyal pada Yugyeom untuk bersiap-siap.
“Iya, see you real soon, Jeonggukie,” jawab Taehyung sambil tersenyum.
;
“Ngapain sih, Tae, sampai belanja enam kantong besar begini?” Omel Jeongguk lagi saat mereka berdua berhenti di depan pintu apartemennya. Ia lalu menaruh dua plastik besar belanjaan di lantai, yang tadi dibawanya masing-masing satu kantong dengan kedua tangannya. Jeongguk merogoh kantong hoodie hitam yang ia kenakan dan mengeluarkan access card untuk membuka pintu apartemen.
Taehyung hanya tertawa kecil sambil membuka dan menahan pintu untuk mempersilahkan pria itu masuk terlebih dahulu, saat lampu warna hijau menyala dari balik handle pintu apartemen Jeongguk.
“Ya kan bisa hemat waktu, Jeonggukie. Kalau masih ada yang kurang, kita bisa groceries shopping lagi kok besok. Gue temani besok, tenang aja.” Taehyung menjawab singkat sambil menjulurkan kakinya untuk menutup pintu.
Jeongguk lalu menghela napas berat saat akhirnya berhasil menaruh kantong belanjaan yang ia bawa di kitchen island berlapis marmer miliknya. Berat sekali sih, seperti bawa batu, keluh Jeongguk dalam hati.
“Lo belanja batu ya, Tae? Berat banget. Kita, 'kan, baru mau pergi ke Bandung dua minggu lagi. Ini jajanan buat di Bandung? Banyak banget, Taehyung.” Jeongguk tak henti-hentinya mengomel sambil membuka kantong hasil belanjaan Taehyung itu. Ia bukannya tidak suka, bukan. Justru sebaliknya, ada juga rasa senang yang menyeruak dari hati Jeongguk.
Hal yang membuat Jeongguk jengkel adalah karena ia merasa selalu merepotkan Taehyung. Padahal mereka berdua belum resmi berpacaran atau melangkah ke jenjang yang lebih jauh, namun pria itu tidak henti-hentinya melakukan hal-hal kecil yang membuatnya seakan tidak fair.
Ia merasa belum banyak melakukan apapun untuk Taehyung, and yet Taehyung is constantly doing things for him.
Taehyung merasakan respon Jeongguk tidak seperti yang ia harapkan. Ia kira, Jeongguk akan senang dengan surprise kecil-kecilan yang ia lakukan. Namun melihat Jeongguk yang seperti jengah, ia merasa bersalah. Tidak ada maksud Taehyung untuk 'mengambil hati' Jeongguk dengan jalan pintas. Tidak. Semua hal itu ia lakukan murni karena ia ingin. Taehyung ingin lebih lama menghabiskan waktu berdua malam ini dengan Jeongguk, maka ia berinisiatif untuk menghemat waktu. Ternyata, pria itu tidak sepemikiran dengannya.
Maka Taehyung yang sedang membantu Jeongguk membereskan belanjaan, akhirnya meletakkan satu kotak sereal yang ia pegang dan berjalan ke arah Jeongguk yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Ia lalu berdiri di belakang Jeongguk dan mengulurkan kedua tangannya untuk memegang bahu pria itu.
“Hei, maaf, oke? Maaf gue nggak izin dulu. Gue benar-benar hanya mau mempersingkat waktu kok, Gguk. Supaya gue bisa lebih lama ngobrol sama lo.” Bisik Taehyung lembut sambil memijat kedua bahu Jeongguk yang keras, bermaksud membuat pria itu lebih rileks. “I don't have any special or tricky intention, I just wanted not to waste our time.”
Jeongguk yang berada tepat di depan Taehyung terlihat mengangguk lesu lalu membalikkan badannya, menghela napas berat dan akhirnya membalikkan tubuhnya. Ia sekilas menatap Taehyung dengan sorot mata yang sayu, lalu akhirnya menyandarkan kepalanya di bahu kiri Taehyung.
“Capek, ya, Gguk?” Tanya Taehyung pelan, yang langsung ditanggapi Jeongguk dengan anggukan cepat. Taehyung mendengar Jeongguk menggumam pelan, ia tidak bisa mendengar suara pria itu. “Hmm? Ngomong apa barusan, Gguk? Maaf gue nggak dengar.”
“Iya, capek, Tae. Maaf jadi marah-marah. And I was just excited because it would be our first time to do grocery shopping together.”
Taehyung menanggapinya dengan ber-oh-ria, lalu dengan berani mengangkat tangannya dan memeluk tubuh Jeongguk erat; memberikan rasa nyaman dan berusaha membuat lelah Jeongguk hilang dengan perlahan. Ia merasakan tubuh Jeongguk perlahan mengendur, tidak lagi tegang dan kaku seperti tadi saat ia baru memeluk Jeongguk.
“Maaf ya? Nanti weekend kita belanja bareng, okay?” Tanya Taehyung. Ia berharap Jeongguk mengiyakan ajakannya. “Have I told you that you did great today, hmm, Jeonggukie?”
Jeongguk hanya menggeleng, masih tetap berada didekapan Taehyung. Merasa nyaman berada dipelukan pria itu. Sedangkan Taehyung merasakan hembusan napas Jeongguk menyapu lehernya lembut, membuatnya geli.
“You did well today, sweetheart. Duduk di sofa, yuk? Lo capek nanti berdiri terus.” Tawar Taehyung sambil menarik tangannya dari punggung Jeongguk, berusaha mengangkat dagu Jeongguk yang terlihat sedang nyaman bersandar di bahunya untuk menatapnya.
“Hmm, jalan ke sofa sambil peluk gini boleh nggak, Tae?” Tanya Jeongguk sambil mengangkat wajahnya berani, membuatnya hanya berjarak tiga puluh sentimeter dari wajah Taehyung.
Taehyung hanya mengangguk dan menunjukkan senyum kotaknya, lalu dengan cepat mencium ujung hidung Jeongguk.
“Boleh dong. Apa yang nggak coba buat Jeonggukie?”
Jeongguk hanya membalas dengan mencubit hidung Taehyung, merasakan seluruh wajahnya panas karenanya.
;
“Nih, baca aja di handphone gue ya, Anggia bilang apa tadi siang,” kata Taehyung sambil mengambil benda itu dan menyerahkannya pada Jeongguk.
Waktu sudah berlalu sekitar tiga puluh menit. Mereka berdua menghabiskan waktu dengan mengobrol banyak hal; mulai dari hobi mereka hingga keluarga, sambil diselingi dengan memakan beberapa cemilan yang dibeli Taehyung tadi. Pun tak lupa minuman bersoda menjadi pendamping malam ini.
Pria yang sedang duduk di samping Taehyung itu hanya mengernyit bingung sambil berpikir, apa Taehyung sudah benar-benar memercayainya sampai menyerahkan handphonenya pada Jeongguk untuk dilihat?
“Eh, nggak perlu, Tae. Lo cukup cerita aja kok ke gue. No need to do that. I trust you,” tolak Jeongguk dengan halus. Ia merasa, walaupun mereka berdua sudah cukup dekat, namun tidak berarti ia memiliki wewenang apapun untuk melihat hal-hal pribadi Taehyung.
“Yakin? Ini gue mau kasih tahu lo juga kok, Gguk. Biar lo tahu bedanya seperti apa orangnya, kalau lagi ngobrol sama teman-teman kantor dan gue via text.” Taehyung berkata, sambil tetap memegang handphonenya di udara, masih menawarkan pada Jeongguk.
Jeongguk menggeleng, tetap menolak tawaran Taehyung. “Gue percaya sama lo, Taehyung. Tadi kan lo sudah cerita. It's not my place to see your messages whatsoever, okay?” Jeongguk menjawab santai sambil mengunyah salmon onigiri yang sempat ia hangatkan tadi. Ia lalu menawarkan onigiri yang sudah ia gigit itu pada Taehyung, mengucapkan terima kasih karena makanan itu cukup enak.
Taehyung dengan sigap menggeser duduknya, lalu mengambil onigiri itu dari tangan Jeongguk dan menggigitnya. Ia masih lapar, walaupun sudah menyantap ramen dan telur rebus dua butir.
Setelah selesai membereskan sisa makanan dan minuman yang mereka nikmati, akhirnya Taehyung kembali ke ruang tamu dan melirik ke arah jam dinding yang tergantung di atas televisi Jeongguk. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tanda bahwa ia harus pulang cepat.
Sehari sebelumnya, ibu Taehyung menginfokan via grup keluarga, bahwa beliau akan pergi ke luar kota dan rumah akan kosong. Akan hanya ada dua orang ART di rumah dan ibu Taehyung tidak ingin meninggalkan Yeontan, anjing peliharaan Taehyung, untuk ditinggalkan bertiga saja dengan ART mereka. Mereka berdua belum cukup berani dengan Yeontan yang terkenal galak walaupun tubuhnya mungil.
“Gguk, kayaknya gue harus pulang cepat. Nggak apa, 'kan? Rumah soalnya kosong.” Kata Taehyung sambil membereskan barang-barangnya, melihat Jeongguk sekilas dari ujung matanya yang sedang berjalan ke arahnya.
Jeongguk lantas menjawab tanda mengerti, lalu membantu Taehyung membereskan barang-barangnya, menyerahkan kunci mobil Taehyung yang tadi ia taruh diatas meja di samping sofa, serta tas laptopnya.
“Thank you for today, Tae. Maaf ya tadi sempat kesal dikit,” kata Jeongguk sambil berjalan berdampingan dengan Taehyung ke arah pintu apartemennya. They had fun, of course. Namun Jeongguk merasa ingin menunjukkan rasa terima kasihnya lebih pada Taehyung.
Maka tanpa memperingatkan Taehyung, Jeongguk dengan sigap menghadapkan badannya ke samping dan memeluk Taehyung. Ia merasakan punggung Taehyung mengenai dinding apartemennya dan mengaduh dan meringis.
“Jeonggukie, kenapa? Kok tiba-tiba?” Tanya Taehyung bingung, namun tetap mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk Jeongguk erat.
Jeongguk lalu mengendurkan pelukannya dan memandang rekan kerjanya itu lekat-lekat sambil tetap mengalungkan kedua tangannya pada leher Taehyung.
“Nggak apa, just want to thank you for tonight. Thank you, Taehyung. Lo baik banget.”
Taehyung dengan senyum jahil dan satu alis terangkat, memandang Jeongguk teduh. “Oh. Sama-sama, Jeonggukie. My pleasure. Thank you for tonight. You had fun?”
Mengangguk, Jeongguk menjawab, “Tentu! Terima kasih ya, Tae. Sudah berkali-kali nih gue bilang thank younya. Nggak apa lah, ya?” Kata Jeongguk sambil terkekeh dan hendak melepas pelukannya, saat ia merasakan kedua tangan Taehyung menahannya.
Wajah mereka terlalu dekat saat ini. Taehyung dan Jeongguk masing-masing dapat merasakan deru napas mereka yang berat. Jeongguk merasakan tubuhnya melemah, menatap kedua manik hazel Taehyung yang seperti membawanya larut dalam tatapannya.
Sedangkan Taehyung, sedang tersenyum sambil berbisik lirih.
“Can I kiss you, Jeonggukie?”
Jeongguk diam. Ia panik. Ia khawatir napasnya sedang tidak wangi, dan/atau giginya terdapat sisa makanan yang akan membuat Taehyung jijik.
Namun tidak. Tidak ada tatapan jijik dari Taehyung, dan membuat Jeongguk berpikir...
Oh God, this is it. This is the time, no?
“Of course, Taehyungie.” Jawab Jeongguk tersenyum kecil.
Taehyung merasakan napas Jeongguk yang menyapu wajahnya dengan radius dekat saat melihat senyuman itu tersungging di wajahnya.
Taehyungie.
Oh, betapa hanya Tuhan dan dirinya yang tahu bahwa panggilan itu membuatnya semakin yakin bahwa perasaannya pada Jeongguk sudah tidak bisa dibendung lagi.
Tidak tahu siapa yang lebih dulu mendekatkan wajahnya, namun yang pasti, Jeongguk saat ini merasakan letupan kembang api didalam kepala dan hatinya. Merasakan betapa lembut bibir Taehyung menyapu bibir mungilnya, seperti layaknya roti yang diolesi mentega leleh.
He's a good kisser, batin Jeongguk. Ia merasakan Taehyung dengan sangat hati-hati menciumnya. Ia pun merasakan bulu kuduknya meremang, saat ia merasakan pria yang tengah menciumnya tersenyum ditengah ciuman mereka, sambil berkata lembut.
“You dork. I like you so much.”
Jeongguk lalu mengecup pelan bibir Taehyung, membalasnya sambil tersenyum lebar “Same here, Taehyungie. I like you too. Way more than you do.”