magnolia ; i got you • 137

Taehyung menstarter mobil Pajero Sport warna putihnya untuk memanaskan mesin. Ia sempat pamit untuk keluar dari restoran mendahului Jeongguk, yang sedang menunggu takeaway makanan untuknya di apartemen. Selama mereka berdua makan malam, tidak ada satupun raut kekecewaan muncul dari wajah Jeongguk, melainkan senyum lebar seperti kelinci dan tawa seperti habis menang lotre. Taehyung rasanya ingin berlama-lama mengulur waktu, sekadar untuk memandangi wajah pria yang ada di hadapannya tanpa ketahuan.

Memandangi wajah Jeongguk dan segala tingkah laku uniknya agaknya akan menjadi hobi barunya mulai saat ini. Taehyung rasanya geli dan aneh dengan dirinya sendiri. Ia tidak pernah merasakan hal seperti ini saat dulu masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Walaupun hubungan tersebut berjalan hanya delapan bulan, namun selama itupun, ia tidak merasakan apapun yang membuat dirinya bahagia barang sedikitpun.

Kehadiran Jeongguk di kehidupan sehari-hari Taehyung layaknya fatamorgana yang muncul di aspal jalanan pada siang hari. Hidupnya yang selama ini menurutnya hanya berwarna abu dan monoton, dengan Jeongguk, menjadi berwarna.

Taehyung berharap, Jeongguk akan selalu seperti ini dalam waktu yang cukup lama.

;

“Tae, ngantuk ya?” Tanya Jeongguk pelan, memecah keheningan diantara keduanya, bisikannya bersaing dengan lantunan lagu dari handphone Jeongguk yang memenuhi seisi mobil. Sejak tadi mereka berdua bertolak dari restoran untuk pulang, Taehyung langsung menawarinya untuk menyambungkan telepon genggamnya itu pada music player di mobilnya. Tentu disambut dengan antusias oleh Jeongguk karena ia ingin sekali melakukan 'karaoke' di dalam mobil dengan pria yang lebih tua dua tahun darinya itu.

Jeongguk tidak tahu, Taehyung melakukan ini karena ia telah merencanakan beberapa langkah untuk lebih mantap mendekati Jeongguk. Salah satunya adalah dengan cara ini; ia ingin tahu selera musik pria itu tanpa bertanya sedikit pun. Anggaplah Taehyung gagap teknologi dan tidak mau repot, ia tidak pernah mencari tahu soal Jeongguk hingga sedalam itu (baca: kepo). Taehyung ingin mendekati Jeongguk dengan cara klasik, karena Taehyung tahu, Jeongguk pasti akan memberikan 'kejutan' untuknya dengan sendirinya.

Taehyung yang sedang berkonsentrasi sambil melihat kaca spion mobil untuk mengambil lajur kiri karena tidak sepadat lajur kanan, hanya merespon dengan menggumam. Jalanan hari Sabtu yang cukup padat mengakibatkan mereka menempuh jarak sepuluh kilometer dalam waktu hampir setengah jam.

“Nggak kok, Gguk,” jawab Taehyung sekenanya sambil melirik Jeongguk yang sedang memandangi dirinya. Taehyung merasa sorot sepasang manik hitam itu seperti sedang menembus kepalanya. Ia lalu melemparkan senyumnya yang teduh dan hangat pada Jeongguk sambil menaikkan salah satu alisnya sambil bertanya. “Kenapa, hmm? Bosen, ya, Gguk? Maaf ya, gue salah pilih jalan. Harusnya tadi kita lewat Semanggi aja, nggak Senopati gini.”

Tanpa sadar, Taehyung yang sedang tidak begitu aktif memegang setir karena jalanan yang macet, mengulurkan dan menaruh tangan kirinya pada sandaran kepala jok mobil yang persis berada di belakang kepala Jeongguk. Sedang tangan kanannya tetap memegang setir dan mengetuk-ngetukkan jarinya.

Jeongguk tidak kunjung menjawab pertanyaan Taehyung, ia terlihat sibuk dengan layar handphonenya, seperti sedang mencari lagu yang akan ia dengar selanjutnya.

“Hei, kok pertanyaan gue nggak dijawab?” Taehyung bertanya kemudian, sambil dengan refleks mengelus pelan puncak kepala Jeongguk yang tidak ditutupi beanie warna hitam, yang sempat ia pakai sejak siang tadi saat bertemu Taehyung di lobi apartemen.

Selang beberapa saat, akhirnya Jeongguk menghela napas dan tersenyum, seperti sudah menemukan apa yang ia cari. Ia lalu menoleh ke arah Taehyung dan menunjukkan deretan giginya, hendak menjawab pertanyaan Taehyung. “I am choosing the next songs, Taehyung. Tunggu dulu sebentar,” jawab Jeongguk sambil melirik tajam lalu memutar kedua bola matanya.

Taehyung tidak melewatkan geraman kecil yang keluar dari mulut Jeongguk. Ia lalu tergelak dan membalas jawaban Jeongguk dengan nada jahil.

“Galak banget, sih. Kalau lapar ngambek, kalau kekenyangan ngomel ya?” Goda Taehyung kemudian, yang seketika dibalas oleh Jeongguk dengan cubitan pedas di lengan kirinya. Taehyung hanya bisa meringis dan tertawa keras, melihat kedua pipi Jeongguk yang tiba-tiba memerah seperti terkena sinar matahari. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Sedangkan Jeongguk, hanya bisa tersenyum malu dengan wajah merah padam. Telinganya pun terasa menghangat, ia sudah tahu pasti keduanya sebentar lagi akan memerah seperti sedang direbus. Ia lalu menggumam, merespon pertanyaan Taehyung yang begitu personal untuknya. Hanya beberapa anggota keluarganya dan Yugyeom selaku sahabatnya, yang mengetahui kebiasaan Jeongguk sejak kecil. He's working on it.

“Iya, bisa dibilang begitu. Actually you've just unlocked another habit of mine, I guess, Tae,” jawab Jeongguk sambil terkekeh, merasakan gerakan telapak tangan Taehyung yang sudah kembali lagi mengusap puncak kepalanya dengan pelan. Jeongguk merasa nyaman dan aman. Entah, ia pun merasa senang berkesempatan untuk melihat sisi Taehyung yang lain, seberapa ia sangat hati-hati dan bersikap sangan lembut pada Jeongguk. Berbeda dengan segala tingkah laku dan sikapnya saat mereka bekerja di kantor.

Ia tahu, Taehyung adalah orang yang sangat profesional dalam bekerja, dan ia merasa beruntung bisa mengenal sisi lain Taehyung lebih dekat seperti saat ini. Walaupun singkat, namun ia merasa seperti sudah bisa menyelami lautan yang Taehyung miliki.

Jeongguk lalu menempelkan pipinya di sandaran kepala jok, lalu menarik kedua kakinya keatas jok untuk bersila, tentu sudah seijin Taehyung, dengan respon “do whatever you want to do, Gguk. I don't mind at all.” Jadi seperti inilah Jeongguk sekarang, dengan posisi yang nyaman dan memusatkan pandangannya pada Taehyung.

Untuk Jeongguk, hari ini sangat menyenangkan, ia dapat 'mengenal' Taehyung lebih jauh. Walaupun ia belum tahu, ke mana arah pertemanan diantara mereka ini.

Saat mereka berdua sedang membicarakan tentang suasana di kantor akhir-akhir ini, dengan diselingi tawa, Taehyung tiba-tiba mendengar speaker mobilnya melantunkan instrumen yang dimainkan dengan piano, ukulele, dan gitar. Ia sangat mengenal instrumen ini. Taehyung lantas memotong pembicaraan mereka, hendak mengalihkan pembicaraan sambil menoleh ke arah Jeongguk cepat.

“Keshi? Really? Lo juga suka sama dia, Gguk?” Tanya Taehyung dengan antusias, menunggu respon Jeongguk di sampingnya yang terlihat hanya tersenyum lebar padanya. Taehyung lantas tersenyum, lalu menyentuh pipi Jeongguk dengan jarinya sambil memencet kulit kenyalnya itu pelan.

Sederhana memang, sungguh sederhana. Namun hal ini, membuat Taehyung merasa seperti menemukan celah baru antara mereka yang siap untuk 'diisi'.

Taehyung ibarat potongan puzzle, dan Jeongguk adalah bidangnya.

Anak tunggal keluarga Jeon itu hanya mengangguk dan menatap Taehyung teduh. “Yeah, I guess we do, Tae. Gue suka banget Magnolia. Enak banget ya, instrumennya? I do like it a lot.”

Taehyung terdiam, mengambil jeda, lalu menjawab pertanyaan Jeongguk singkat.

It suits you, tho, Gguk,” balas Taehyung pelan, namun tetap terdengar oleh telinga Jeongguk dengan jelas.

Jeongguk merespon dengan nada bingung sambil mengernyitkan dahinya. “Huh? The song? Why?

Taehyung tidak pernah mengira sebelumnya, dan selamanya tidak akan mengira, bahwa jawabannya kemudian, membuat Jeongguk yakin bahwa ia benar sudah jatuh cinta dengan Taehyung.

Sesederhana satu kalimat itu, Jeongguk akhirnya mengakui didalam hatinya bahwa ia benar jatuh cinta pada pria itu.

Yeah, Magnolia suits you a lot, Jeongguk. Beautiful. You so are.”