Kenangan.
Jimin melihat Taehyung yang sudah tertidur lelap di sampingnya dengan kedua mata yang sembab. Ia tahu sahabatnya habis menangis.
Keputusan Jimin untuk keluar dari kamar Taehyung tadi cukup tepat.
Karena ia tahu, Bunda dan Taehyung seperti akan membicarakan hal yang serius. Entah apa itu. Tapi ia yakin, pembicaraan tadi adalah tentang Jeongguk.
Seperti apa yang selalu ia pikirkan. Firasatnya tidak pernah salah.
Beberapa jam yang lalu saat Taehyung mengantar Jeongguk sampai ke depan rumah, Jimin terlebih dahulu masuk ke kamar Taehyung untuk membereskan barang-barangnya. Taehyung menyediakan nakas kecil hanya untuk pakaian dan barang-barang Jimin, sangking mereka berdua sering sekali inap-menginap di rumah satu sama lain.
Jimin sering menyebut bahwa rumah Taehyung adalah rumah kedua Jimin, begitu pun sebaliknya.
Maka betapa terkejutnya Jimin saat hendak mengambil pakaian bersih untuk ganti sehabis mandi, ia melihat buku diary milik Taehyung dan Jimin beberapa tahun silam tergeletak di atas nakasnya.
Kebiasaan Taehyung saat tengah membaca buku curhat ini, ia selalu menandainya dengan pembatas buku pemberian Jimin. Dan ya, pembatas buku itu terselip di halaman tengah.
Jimin mengernyitkan dahi. Untuk apa Taehyung membaca buku sialan ini lagi? Jimin tahu, semua rahasia mereka berdua tersimpan rapi di dalam buku ini. Hanya mereka berdua yang pernah membaca buku ini. Tapi Jimin tahu, buku ini hanya akan memicu kotak memori Taehyung kembali.
Belum sempat Jimin membuka halaman diary itu tepat dimana pembatas buku itu tersisip, ia mendengar suara langkah Taehyung mendekat ke arah kamarnya. Terburu-buru Jimin merapikan buku itu kembali dan segera berlari ke kamar mandi yang terletak di depan tempat tidur Taehyung.
Sekarang, dengan keadaan Taehyung yang sudah tertidur pulas akibat terlalu lelah menangis, perlahan Jimin menggeser tubuhnya untuk mengambil buku itu. Memutuskan untuk membacanya, akhirnya Jimin larut dalam jendela memori dirinya dengan Taehyung beberapa tahun silam.
—
8 Maret 2015
Taehyung <3 Bogum (hehehe, iseng ah bikin gini semoga terkabul XD)
Jimiii… He asked me out. AAAAHHH I feel like flying. Akhirnya… hmm tapi, apa bisa dibilang asked me out ya? Ah, pokoknya dia ngajak gue jalan-jalan besok. Jadi, gue besok gak pulang sama lo, ya. Hehehehe. Doain ya, Jim.
Love, Te.
PS: Plis jangan diingetin lagi soal kejadian waktu di SMP ya. He said sorry already.
—
Jimin menghela napas. Ia ingat kejadian ini, Taehyung benar-benar tidak mau mendengarkan penjelasannya tentang Bogum, sama sekali. Taehyung memang seperti itu. Sulit untuk jatuh cinta; namun sekalinya terjatuh, ia akan sulit untuk membuka mata dan telinganya. Bahkan Jimin yang sudah mengenal Taehyung sejak kecil, tidak digubris sama sekali.
Saat itu, Bogum hanya mengajak Taehyung jalan-jalan ke taman bermain di dekat sekolah. Sekadar mengobrol dan mengakrabkan diri, begitu kata Taehyung. Waktu yang dihabiskan hanya setengah jam itu cukup membuat Taehyung senang. Karena ada janji yang keluar dari mulut Bogum, bahwa ia akan lebih sering mengajak Taehyung bertemu untuk menghabiskan waktu bersama.
—
12 Maret 2015
Taehyung
Gue gak ngerti kenapa mereka bisa2nya ngerebut buku diary kita dan dilempar2 ke anak2 lain. SEKARANG SEMUA ORANG TAU GUE SUKA SAMA SIAPA. KARENA MEREKA TERIAK2 NGUMBAR2 RAHASIA KITA. GUE BENCI BANGET, JIM. KESEL.
Te.
13 Maret 2015
Jimin
Te sayang… sabar ya. Gue juga ngga tau kenapa mereka bisa tiba2 ngerebut buku diary kita. Gue minta maaf ya soalnya tadi gue yang pegang bukunya… hell, mereka emang rese. Kesel juga gue. I’m so sorry Te.
Jims :(
27 Maret 2015
Taehyung <3 Bommie (OFFICIAL PANGGILAN SAYANG)
Jim….. AKHIRNYA GUE SAMA DIA JADIAN. Tadi gue ditembak pake surat. Here, look at the letter!!!!!!! I AM SO HAPPY JIMINNNNNN :”) Tapi jangan khawatir… gue gak akan ngelupain lo. Karena lo sahabat terbaik gue. Makasih ya Jim sayang udah ngenalin gue ke kak Bogum. So so so thankful.
PS: jangan iri baca surat gue sama dia :p
Yang, Aku mau, deh, jadian sama kamu. Maaf ya pake surat. Aku malu. Hehe. Jadi… kita udah resmi pacaran nih?
Bommie
—
Jimin merasa pening membaca tulisan tangan Taehyung yang seperti memancarkan bahagia waktu itu, yang ia tahu tidak akan berlangsung lama. Ya, tiga minggu hubungan itu terjalin.
Sebenarnya, Bogum cukup baik mengajak Taehyung untuk jalan-jalan; bermain sepeda bersama, berenang bersama, main basket bersama.
Hanya saja, Jimin tidak pernah percaya akan kebaikan yang Bogum lakukan sejak insiden yang mempermalukan Taehyung di depan gedung SMP itu.
Surat itu pun menurut Jimin konyol; seperti dibuat-dibuat. Entah setelah hari dimana Taehyung menulis bahwa dirinya dan Bogum memiliki hubungan spesial, Taehyung seperti menutup mata dan telinganya.
Tak terhitung berapa kali Jimin meminta Taehyung untuk hati-hati dengan hatinya, yang dibalas hanya dengan ‘iya, tenang aja’ oleh sahabatnya itu.
Jimin hanya takut, kekhawatirannya menjadi kenyataan.
Pasalnya, beberapa kali Jimin tidak sengaja mendengar Bogum dan teman-temannya membicarakan Taehyung diam-diam saat mereka mengikuti ekstrakurikuler basket. Jimin dan tim sekolahnya cukup sering berlatih dengan para senior mereka. Pelatih mereka sempat berkata, “Kalian akan beberapa kali saya gabung, ya, latihannya. Menghemat waktu untuk mengejar lomba beberapa bulan lagi.”
Pernah suatu kali, Jimin ingat betul, ia menghampiri Bogum dan teman-temannya—ada Jaebeom juga di sana, yang sedang membicarakan strateginya untuk mendekati Taehyung. Jimin sebagai orang terdekat Taehyung yang ingin ‘melindungi’ hatinya, langsung memotong pembicaraan mereka.
“Sori, kalian lagi ngerencanain apa, ya? Kok gue denger kalian ngomongin Taehyung?” Jimin menyela dengan nada yang tidak nyaman. Saat itu, Jimin benar-benar melupakan perbedaan umur yang cukup jauh dan sopan santun yang seharusnya ia lakukan.
“Hah? Wah, dek, santai dong. Kita ngga ngomongin Taehyung, kok. Lagian, siapa dia, penting banget kita omongin?” jawab seseorang, entah siapa namanya, Jimin tidak tahu.
Namun yang ia tahu persis, Bogum yang mendengar jawaban orang itu hanya tertawa terbahak, sedang Jaebeom protes karena tidak suka.
Siapa sih sebenernya yang pacar Taehyung? Bogum atau Jaebeom? umpatnya dalam hati saat itu.
—
Membaca beberapa halaman buku itu akhirnya membuat Jimin mengantuk. Jam digital di nakas Taehyung menunjukkan pukul dua belas tengah malam. Besok pagi, mereka harus bangun lebih pagi untuk mempersiapkan acara terakhir dari event sekolah. Jimin tidak sabar, sebentar lagi kegiatan mereka yang melelahkan ini akan selesai.
Jimin memposisikan tubuhnya dengan nyaman. Sebelum merebahkan diri, ia melihat selimut Taehyung hanya menutupi tubuh sahabatnya itu sampai ke pinggang. Jimin secara otomatis menarik selimut Taehyung lebih tinggi hingga menutupi pundaknya. Ia menoleh ke arah sisi Taehyung yang sudah terlelap sambil menyisir pelan rambut sahabatnya.
Jimin berbisik serta. “Te, gue minta maaf ya, ngga bisa menjaga hati lo. Sama seperti Bunda menyesal. Maaf, tadi gue denger pembicaraan lo sama Bunda. Tapi tenang Te… gue udah berjanji sama diri gue sendiri, kalau gue akan jaga lo.
“Tentu, Jeon pun bisa melakukan itu. Tapi sebagai sahabat… bolehin gue juga ya, Te? Gue ngga mau lo sedih kayak dulu.” Jimin lalu mengelus pelan pipi Taehyung sembari merapikan selimut yang menutupi dirinya.
Taehyung yang sudah terlelap tidak tahu, sorot mata Jimin mengendur bersama dengan air matanya yang selama ini ia tahan untuk Taehyung. Buyar semua pertahanan Jimin melihat sahabatnya yang tidak pernah percaya kata cinta. Jimin yang selama ini di samping Taehyung, berjanji sebagai sahabat, merasa gagal kala melihat hati Taehyung hancur di usianya yang masih cukup kecil untuk merasakan cinta, beberapa tahun lalu itu.
Taehyung yang sudah terlelap pun tidak tahu, saat Bunda dan Taehyung berbicara beberapa jam lalu, Jimin tidak sengaja mendengar seluruh pembicaraannya dengan Bundanya. Tubuhnya melemas saat Jimin mendengar Bunda berbicara mengenai masa lalunya dengan Bogum. Jimin merasa, Bunda Taehyung seperti akan membacakan isi diary itu hingga habis.
“Taehyung, saat Bunda kenal Gguk, Bunda memang khawatir—khawatir terhadap kenyataan bahwa kamu pernah cukup sakit hati dengan Bogum yang berteman dekat dengan kamu hanya untuk memenuhi keinginan para teman-temannya itu.
“Taruhan? Alasan macam apa itu? Hanya untuk mempertahankan posisinya dalam ekstrakurikuler basket. Dan apa waktu itu Jimin bilang? Kalau tidak mau nembak kamu, ia akan dikeluarkan dari geng teman-teman dan timnya? Bunda tidak habis pikir, siswa SMP bisa berpikiran seperti itu. Dan Bogum lebih memilih pride-nya ketimbang hati kamu.
“Memang, mereka masih kecil. Tapi mereka nggak mikir, bahwa orang yang mereka ‘kerjai’ akan memiliki trauma seperti kamu sampai sekarang ini. Kamu jadi tidak percaya lagi dengan cinta, semua orang yang mengutarakan tertarik sama kamu pun, kamu nggak mau.
“Dan itu semua karena Bogum, yang dengan berani-beraninya mempermalukan kamu di depan teman-teman kamu dan dia, dengan bilang bahwa selama tiga minggu itu, semua itu hanya ‘terpaksa’. Hubungan spesial kamu terjadi karena taruhan yang ia lakukan dengan teman-temannya.
“Dia memilih menyakiti kamu dibandingkan kehilangan kesempatannya menjadi ketua tim basket. Menurut Bunda, dia keterlaluan. Tapi Nak..., kamu masih ngga percaya. Sayang, kamu masih ngga percaya sampai dia akhirnya membuat rekaman deklarasi video itu dan menyebarkan ke teman-teman kamu.
“Itu jahat, Taehyung. Dan itu yang menyebabkan kamu tidak mau percaya lagi dengan cinta.
“Tapi Bunda tahu, barang sedikitpun, Jeon Jeongguk yang Bunda kenal, tidak akan pernah menyakiti kamu.”