Best Day Ever
Sibuk, sibuk dan sibuk, adalah satu kata yang sangat cocok untuk mendeskripsikan Taehyung beberapa minggu ini. Bagaimana tidak, Taehyung mencoba dan memaksimalkan segala cara untuk menyambut hari ulang tahun Jeongguk. Tahun ini, ia seperti meminta tolong pada seluruh dunia untuk membantunya, kalau kata Jimin. Tentu kata-kata Jimin menyebabkan dirinya dihadiahi jitakan kecil dari Taehyung sebagai jawaban. Taehyung hanya mendengus kasar karena ia mendengar tawa ejekan Jimin kemudian.
Taehyung itu kompetitif. Setelah mengetahui bahwa Bundanya akan memberi kado untuk Jeongguk dan dirinya jalan-jalan ke Jepang, selama lima belas hari pula, ia merasa ciut. Taehyung merasa surprise yang sudah ia susun dan rencanakan sedemikian rupa tidak seistimewa kado Bundanya bila keduanya dibandingkan. Taehyung tidak tahu, kehadirannya saja sudah lebih dari cukup untuk Jeongguk.
Jujur, saat Taehyung merencanakan ulang tahun Jeongguk tahun ini, ia tahu bahwa ia akan mengajak para sahabat kekasihnya untuk turut serta memberi kejutan. Ia pun tahu, mereka bertiga, terutama Yugyeom pasti akan mencetuskan ide yang cukup gila sehingga membuat mereka semua kewalahan. Taehyung hanya menggelengkan kepala dan terkekeh saat Yugyeom bercerita bahwa kekasihnya marah karena tidak diberitahu soal rencana liburan ke Jeju sebelumnya. Butuh tenaga ekstra untuk membohongi Jeongguk, karena kekasihnya itu sangat ahli dalam membaca situasi dan raut wajah seseorang jika sedang berbohong.
Beruntung Jeongguk akhirnya setuju setelah perdebatan alotnya dengan Yugyeom. Mereka berdua jarang sekali bertengkar. Sebenarnya, Jeongguk pun merasa sedikit aneh dengan ide Yugyeom yang mengajaknya pergi liburan tanpa seizinnya. Seakan-akan Yugyeom baru sebentar menjadi sahabatnya. Namun ia mengesampingkan pikiran itu dan menganggap bahwa Yugyeom mungkin lupa.
Hati kecil Taehyung pun berharap, semoga surprise ini berjalan seperti yang ia inginkan.
Setelah menghabiskan waktu santai mereka berempat di kafe Haru, akhirnya Yugyeom memutuskan untuk mengajak Jeongguk pulang. Sahabat mereka itu sudah terdiam dan menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memainkan gelasnya sejak beberapa menit lalu. Benar kata Taehyung, kekasihnya itu akan mudah lelah jika seharian memforsir kegiatannya seperti ini. Apalagi penghujung harinya ditutup dengan menunjukkan bakat menyanyinya pada orang asing yang menjadi tamu kafe Haru malam ini.
Riuh para tamu kafe sejak sore tadi sebenarnya membuat adrenalinnya melonjak; Jeongguk merasa sangat bersemangat. Live music kafe Haru hari ini dipersembahkan oleh salah satu band terkenal yang namanya pernah ia dengar lewat radio. Pun Jeongguk sempat mendengar suara mereka secara langsung saat beberapa minggu lalu hunting kafe dan resto baru bersama Taehyung. Vokalis mereka yang Jeongguk ingat bernama Bambam itu, memiliki suara yang membuatnya kagum. Rasanya pria itu benar-benar menghipnotis Jeongguk untuk selalu bernyanyi mengikuti lagu apapun yang sedang ia bawakan.
Walaupun sebenarnya hari ini ia cukup kesal dengan panggilan 'spontan' dari atas panggung kecil di sisi kafe Haru yang membuatnya harus unjuk gigi di sana beberapa saat lalu.
Jeongguk tidak marah, tidak. Ia hanya kesal karena sama sekali tidak ada persiapan. Oh, mungkin tidak hanya itu. Ia kesal karena harus berdiri (lagi) di depan banyak orang seperti beberapa bulan lalu saat suaranya hanya untuk Taehyung. Dan yang lebih membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa malam ini, kekasihnya itu sedang bersantai di rumah dan tidak berada di hadapannya saat ini.
Namun, rasa kesal perlahan itu luntur kala Jeongguk melihat antusias para tamu di kafe Haru memusatkan perhatian padanya saat ia berjalan ke arah panggung. Jeongguk bukanlah seseorang yang mudah untuk menuruti permintaan orang, apalagi sampai harus bernyanyi di depan puluhan—bahkan mungkin ratusan—orang seperti ini.
Ia lalu berpikir, kapan lagi akan melakukan hal seperti ini? Sebentar lagi—dalam hitungan jam—usianya akan bertambah. Mungkin ini saatnya untuk mencoba hal-hal baru dan melakukan sesuatu yang belum pernah—atau enggan—ia lakukan.
Sebelum bertambah usia, tidak ada salahnya, 'kan, pikirnya.
Beberapa saat lalu, ia merasa namanya dipanggil oleh vokalis band itu. Merasa bahwa bukan ia satu-satunya di muka bumi ini yang memiliki nama Jeongguk, ia hanya terdiam sambil asyik mengunyah beberapa potong nachos yang mereka pesan. Saat ia akhirnya mendengar samar-samar pria itu memanggil dengan nama lengkapnya, barulah ia mendongak dengan raut wajah keheranan. Jeongguk menghentikan kunyahnya, lalu mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk ke dadanya sambil memperhatikan Bambam. Pria itu mengangguk dan akhirnya menunjuk ke arah Jeongguk dari kejauhan, dan membuat Eunwoo sontak menggeser duduknya agar sahabatnya itu bisa melangkah keluar.
Jeongguk merasa mungkin pakaian yang ia kenakan hari ini cukup menarik perhatian—hoodie hitam dan celana jeans yang robek dibagian lutut, atau mungkin parasnya yang cukup tampan untuk ukuran anak muda seperti dirinya? Jeongguk lalu tersenyum, menunjukkan gigi kelincinya dan melihat kearah para sahabatnya yang sedang duduk manis di sofa dekat bar. Yugyeom terlihat menaikkan kedua alisnya heran, sedang Eunwoo terlihat sedang berbincang dengan Seokjin dan Namjoon.
Tunggu, sejak kapan mereka berdua juga ada di sini?
Seokjin dan Namjoon tiba-tiba menoleh ke arah panggung dan melambaikan tangan senang. Jeongguk hanya membalasnya dengan cengiran—ia malu, takut kedua teman seangkatannya itu akan mengolok-oloknya nanti.
Setelah berbincang sebentar dengan anggota band yang duduk dan menggenggam alat musiknya masing-masing, Jeongguk dikejutkan oleh sosok Mingyu yang menemaninya di pinggir panggung. Ia pun lalu teringat dan memanggil Mingyu kemudian. “Ming, tolong rekam gue, boleh? Mau gue tunjukkin Taehyung nanti,” katanya singkat sambil mengeluarkan handphonenya dari kantong hoodienya.
Sahabat Jeongguk itu lalu mengambil benda itu dari tangan Jeongguk dan mengangguk. Terdengar balasan Mingyu 'dasar bucin', yang hanya ditanggapi Jeongguk dengan mengangkat kedua tangannya sambil berkata “Pacar gue mesti tahu segalanya.”
Sebutlah Jeongguk clingy, ia tidak peduli, karena memang benar adanya.
Antusiasme para tamu di kafe Haru membuat Jeongguk senang. Rasanya ia tidak ingin cepat-cepat mengakhiri sesi spontanitasnya di atas panggung. Lagu yang ia bawakan hanya tiga, namun ketiganya terasa sangat spesial bagi Jeongguk. Ketiganya adalah lagu kesukaan kekasihnya. Andai saja Taehyung ada di sini, ia pasti akan lebih bahagia dari ini.
Jeongguk akhirnya duduk nyaman di jok belakang mobil Yugyeom sambil menyandarkan kepalanya pada kaca jendela disisinya. Ia terlalu lelah hari ini. Sejak pagi, ia sudah menemani Mamanya pergi brunch, menghabiskan waktu bersama sebelum akhirnya ia pamit untuk berangkat liburan ke Jeju. Jujur, ia sebenarnya ingin sekali mengajak Taehyung untuk berlibur ke sana. Namun ia menghargai niat Yugyeom yang ingin menghabiskan waktu hanya berempat sebelum mereka akhirnya lulus dari jenjang sekolah beberapa bulan lagi.
Ia melirik ke arah jam digital yang terletak di dashboard mobil Yugyeom yang menunjukkan waktu pukul 23:45. Lima belas menit lagi usianya akan bertambah satu tahun. Ia hanya tersenyum kemudian, sesaat sebelum kedua matanya memaksa untuk terpejam. Lelah. Sebenarnya ia menunggu Taehyung menelepon untuk mengucapkan selamat, namun Jeongguk sudah tidak kuat menahan kantuk yang menariknya untuk tertidur.
Jeongguk akhirnya pergi ke alam mimpi, terlalu pulas sehingga tidak sadar bahwa Eunwoo sedang susah payah memakaikan sleeping mask untuk menutupi kedua matanya.
—
Taehyung bernapas lega saat akhirnya dekorasi—empat, lebih tepatnya—untuk menyambut Jeongguk sudah selesai. Ia mengabadikan hasil karyanya dengan Jimin, Hoseok, dan juga Yoongi dari beberapa angle dengan handphonenya. Mama Jeon yang sedari tadi melihat Taehyung terlalu lincah hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, melihat ide-ide kekasih anak semata wayangnya yang membuatnya kagum. Taehyung hanya tertawa pelan dan mengucapkan terima kasih atas apresiasi Mama Jeon.
Jimin terlihat sedang duduk diatas karpet abu-abu yang melapisi seluruh ruangan sambil meluruskan kakinya, memijat-mijat kedua pahanya yang sangat pegal karena terlalu lama berdiri. Ia bingung dengan sahabatnya yang benar-benar seperti memiliki tenaga ekstra untuk berdiri selama dua jam lebih. Jimin sama sekali tidak mendengar Taehyung mengeluh. Sebaliknya, sahabatnya itu terlihat sumringah selama dua jam ini sambil mengerjakan dekorasi untuk surprise Jeongguk. Jimin hanya menggelengkan kepala heran sambil terkekeh. Sahabatnya itu memang sangat totalitas jika sedang melakukan sesuatu untuk orang yang spesial dihidupnya.
Ia lalu memutuskan untuk berdiri dari duduknya kala Hoseok dan Yoongi yang terlihat sedikit panik, berlari kecil ke arah ruang tengah. Hoseok lalu membuka suara, membuat Taehyung yang sedari tadi sedang asyik mengedit foto terkejut kemudian. “Jeongguk is here in 3 minutes! Eunwoo barusan chat digrup.”
Taehyung setengah memekik, lalu berlari ke kamar tidur Mama Jeon dan mengetuknya. Selang beberapa detik, Mama Jeon akhirnya membuka pintu kamar dan tersenyum kemudian. “Ada apa, Sayang? Gguk sudah sampai?”
Ia menunjukkan raut sesal di wajahnya saat melihat Mama Jeon menguap. “Belum Ma, sebentar lagi. Tiga menit katanya. Maaf Ma, Taehyung ngebangunin Mama, ya?”
Mama Jeon lalu menggeleng dan berkata, “Nggak kok, Sayang. Ini Mama habis cuci muka aja, kok.” Beliau lalu tersenyum dan mengangkat tangannya, mengelus kedua pipi Taehyung yang kenyal. Ia hanya tersenyum lebar menanggapi gestur ibu kekasihnya yang menenangkan, seperti tahu bahwa Taehyung khawatir kekasihnya tidak akan suka dengan surprise ini. Atau mungkin akan menganggap semua ini berlebihan. Sayangnya, semua kekhawatirannya itu terpancar dari wajahnya tanpa ia sadari. Mama Jeon lalu tersenyum. “Mama tahu, Gguk pasti akan suka, Sayang. Jadi Taeby nggak usah khawatir, okay?”
Mendengar itu, Taehyung perlahan dapat tersenyum dan bernapas lega.
“Oke, Mama. Taehyung percaya kalau gitu.”
—
Jeongguk merasakan laju mobil Yugyeom berhenti, namun ia masih enggan membuka mata. Kedua telinganya samar-samar menangkap suara orang berbisik-bisik, namun ia pun tidak ingin mendengar atau berusaha mencerna pembicaraan itu. Jeongguk benar-benar mengantuk, kedua matanya pun seperti lengket. Rasanya ia ingin meminta tolong pada teman-temannya untuk menggendongnya di punggung dan merebahkan tubuhnya diatas kasur Yugyeom—sudah sejak tadi di Haru ia membayangkan betapa nyamannya kasur yang dimiliki sahabatnya itu. Pun bantal dan guling yang Yugyeom punya. Juara.
Seseorang membuka pintu sisinya, lalu menyentuh bahunya dan menepuknya, seperti gestur membangunkannya dari tidur. Jeongguk merasakan tubuhnya pegal, ia mengangkat tangannya untuk meregangkan tubuhnya, dan memutar lehernya hingga mendengar bunyi 'kletak!' di telinganya. Ia mencoba untuk mengusap kedua matanya saat ia merasakan bahwa terdapat sleeping mask yang menghalangi jarak pandangnya. Jeongguk tidak mengingat mengenakan benda ini saat tadi bertolak dari Haru.
Pikiran dalam diamnya buyar saat ia mendengar Eunwoo di sampingnya berkata sambil menepuk bahunya. “Bro, bangun. Udah sampai.”
Ia mengernyit kemudian. Bagaimana ia bisa jalan ke luar dari mobil kalau indera penglihatannya tertutup benda ini? Selang beberapa detik, ia tersadar. Waktu pasti sudah memasuki hari ulang tahunnya. Ia lalu tersenyum simpul dan membalas Eunwoo. “Ini boleh gue lepas nggak, sleeping masknya? Tuntun gue, deh, kalau gitu. Mau ngasih surprise, 'kan, lo bertiga?”
Yugyeom yang mendengar hanya mendengus dan menyentil pelan belakang kepala Jeongguk. “Yeah, yeah. Kita memang ada rencana surprise lo. Kapan lagi kita bikin ginian buat lo, bro?”
Jeongguk akhirnya dituntun keluar dari mobil dan mendengar pintunya tertutup. Ia tidak tahu sekarang mereka ada di mana. Eunwoo dan Mingyu menuntunnya di sisi kanan dan kirinya. Ia berpikir barang sebentar, sampai akhirnya terlintas satu pertanyaan di otaknya. Ia bertanya sambil setengah berteriak karena kaget. “Nyet, kita belum sampai Jeju, 'kan?!”
Eunwoo yang di sampingnya lalu terbahak, memecah kesunyian yang menyelimuti malam itu. Jeongguk tidak tahu saat ini pukul berapa persisnya, namun dari angin malam yang menusuk kulitnya, ia menebak saat ini sudah pukul dua dini hari. “Ya, nggak lah, jir. Menurut lo aja. Kayak punya pesawat pribadi aja bisa langsung sampai Jeju.”
“Udah lo tenang aja, bro. Sini gue gendong belakang biar nggak kesandung. Hitung-hitung lo ulang tahun, gue kasih a gift in advance.” Jeongguk mendengar Mingyu berkata sambil berdiri di depannya, membuatnya terkekeh pelan dan lantas mengulurkan kedua tangannya untuk memegang kedua bahu Mingyu. Sahabat Jeongguk itu memang memiliki badan yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Yugyeom, Eunwoo, dan dirinya.
“Et, enteng banget lo, Gguk? Nge-gym kurang-kurangin, kali. Bisa ketiup angin lo besok-besok kalau lagi nyium Taehyung, di pinggir pantai gitu misal— aduh!” Ujar Mingyu enteng yang sontak membuat dua sahabat Jeongguk lainnya tertawa terbahak-bahak tidak berhenti. Mingyu lalu meringis kesakitan sesaat setelah mendapat pukulan yang cukup keras di bahu kanannya.
“Emang bangke lo, Ming. Udah buruan jalan!” Oceh Jeongguk sambil mendengus dan ikut tertawa kemudian.
—
Setelah Taehyung mendapat izin pada Mama Jeon untuk mematikan seluruh lampu yang ada di dalam rumah, maka ia segera berlari menuju beberapa sudut untuk mencari saklar lampu dan mematikannya. Mama Jeon sudah siap di posisinya, didampingi Jimin, Hoseok, dan juga Yoongi. Sedang Taehyung berdiri di tengah-tengah ruangan, persis berada di depan backdrop yang sudah didekorasi sedemikian rupa olehnya dan ketiga temannya. Semua peralatan yang akan Taehyung gunakan sudah siap, handphone yang ia genggam sudah tersambung dengan speaker miliknya yang ia bawa serta. Taehyung tersenyum hingga kedua pipinya pegal. Ia tidak sabar melihat reaksi Jeongguk atas surprise yang sudah disiapkan hampir dua minggu belakangan.
Taehyung melihat Jeongguk memasuki ruangan, digendong belakang oleh Mingyu dengan Eunwoo, Seokjin, dan Namjoon yang mengekor di belakang mereka. Sedang Yugyeom membimbing Mingyu dengan berbekal flashlight dari handphonenya.
“Anjir, gue di mana, sih? Kok wangi amat?” Taehyung mendengar kekasihnya itu bertanya dengan suara pelan. Ia tahu, Jeongguk suka dengan wangi lilin aromaterapi yang ia miliki, namun Taehyung tahu, kekasihnya tidak suka kesunyian seperti ini.
Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan Jeongguk.
Taehyung mengambil napas panjang lalu memencet tombol play di aplikasi musiknya, memasukan handphonenya kemudian di saku celananya, dan melangkah pelan kearah kekasihnya. Berdiri terpisah jarak satu meter dengan Jeongguk. Taehyung akhirnya mendengar alunan lagu menyapa kedua telinganya dari sebuah speaker. Lagu itu sangat familiar olehnya. Intro lagu dengan genre jazz itu seketika membunuh seluruh kesunyian yang mereka rasakan.
Heaven, I'm in heaven And my heart beats so that I can hardly speak And I seem to find the happiness I seek When we're out together dancing cheek to cheek
Perlahan, Yugyeom yang sudah standby di sudut ruangan, akhirnya memutar setting lampu sehingga seluruh ruangan diterangi oleh lampu dim kuning yang hangat dan membuat suasana menjadi sendu.
Heaven, I'm in heaven And the cares that hung around me through the week Seem to vanish like a gambler's lucky streak When we're out together dancing cheek to cheek
Ia melihat Jeongguk tersenyum, menggerak-gerakkan tubuhnya ke sana kemari mengikuti irama, tanpa suara. Suara Louis Armstrong yang khas memenuhi ruangan, membuat Taehyung pun mengikuti gerakan Jeongguk. Ia lalu melangkah mendekat ke arah Jeongguk, menyisakan jarak enam puluh sentimeter diantara mereka. Ia membiarkan Jeongguk menikmati lagu favorit mereka berdua.
Oh I love to climb a mountain And reach the highest peak But it doesn't thrill (boot) me half as much As dancing cheek to cheek
Taehyung lalu mendekatkan tubuhnya pada Jeongguk, mengulurkan tangannya untuk merengkuh tubuh kekasihnya. Padahal baru dua hari mereka berpisah, namun rasanya seperti berminggu-minggu. Ia dengan pelan melingkarkan kedua tangannya pada belakang kepala Jeongguk dan menarik tubuh kekasihnya itu dan memeluknya. Sleeping mask yang menutupi kedua mata Jeongguk lepas, membuat kekasih Taehyung itu terkejut seketika saat terjadi kontak fisik diantara mereka berdua.
“Happy birthday to you, Ggukie. I love you so much,” bisik Taehyung di telinga Jeongguk, yang membuat kekasihnya itu lantas bereaksi dengan meneteskan air mata dan menjauhkan tubuh mereka dan menangkup wajah Taehyung dengan kedua tangannya untuk menciumnya.