It's Worth It.
Buram. Pemilik sepasang manik hazel itu hanya merasakan genangan air di pelupuk matanya dan melihat cahaya lampu yang berpendar di hadapannya. Indera perasanya hanya menyecap rasa asin di ujung bibirnya.
Taehyung menangis dalam diam. Emosi yang muncul di dalam dadanya ia salurkan melalui tangis dan genggaman yang terlalu erat pada tangan Jimin. Sahabat di sampingnya itu beberapa kali meringis; menahan rasa sakit yang diberikan oleh Taehyung.
Namun Jimin mengerti; lagipula, ia sudah beberapa kali berada di posisi ini. Tidak, dirinya tidak mengeluh. Ia hanya ingin Taehyung berhenti menangis, karena sedari tadi sang lover menyanyi untuk Taehyung dari atas panggung.
Terdengar riuh dari penonton yang pertama kalinya mendengar suara lembut Jeongguk bernyanyi. Sepertinya mereka sangat menikmati performance Jeongguk di panggung; menyanyikan tiga lagu spesial yang memiliki tempat tersendiri di hati Taehyung.
Pun Taehyung merasa spesial—walaupun ia sudah sering mendengar Jeongguk bernyanyi dengan suara indahnya; yang kata Jeongguk padanya beberapa minggu lalu, “Aku nyanyi begini, 'kan, cuman kamu doang yang denger, Tae”.
Taehyung hanya membalas dengan memukul pelan lengan Jeongguk sambil tersipu malu.
Taehyung rasanya ingin memeluk Jeongguk saat ini juga; membawanya turun dari panggung dan menariknya untuk pulang.
Tidak, bukan karena Taehyung tidak suka akan surprise yang Jeongguk berikan. Justru sebaliknya, Taehyung merasa ada kupu-kupu menari di perutnya, gelenyar hangat merambat di dada dan kedua pipinya.
Bagaimana tidak? Jeongguk tahu Taehyung tidak pernah suka 'kejutan', terutama dari Jeongguk. Karena, ya... alasan pertama, Taehyung tidak suka jika Jeongguk merahasiakan sesuatu darinya.
Alasan kedua, Taehyung tidak ingin apa yang hanya menjadi miliknya dibagikan untuk banyak orang seperti ini.
That's my Jeongguk, for God sake. Stop screaming over him, sisi posesif Taehyung membatin.
—
Kedua lagu yang dinyanyikan Jeongguk cukup membuat Taehyung menitikkan air mata. Tidak. Bendungan air matanya sudah jebol.
Kenyataan bahwa ini adalah rahasia mereka berdua—dan ya, hanya circle terdekat mereka yang tahu cerita dibalik kedua lagu ini—membuat Taehyung semakin yakin akan Jeongguk.
Yakin akan perasaannya, akan afeksinya, akan janjinya, akan ucapannya, akan sikapnya, dan akan kenyataan bahwa Jeongguk benar-benar tulus mencintai Taehyung.
Ia tiba-tiba teringat kata-kata Papa Kim beberapa tahun lalu; sesaat sebelum meninggalkan dirinya dan Bunda di airport. Papa berbisik di telinganya sambil memeluknya erat.
“Taehyung, love is cliche. And tragic. Yet it's beautiful to the point where your action speaks louder than words. You will find the true one, someday. I don't know when. One thing that I know for sure; when they're sincere, it shows.
“And I don't see it in Bogum's. Besides, you are still young. You said you two like each other, but that rough letter I know I am not supposed to see few days ago on your diary, told me otherwise. Your smile lately told me otherwise.
“Just don't ever regret and take it as a lesson—a lesson to learn. Okay, anak Papa? I love you, son.”
—
Taehyung dapat merasakan air matanya semakin deras mengingat kenangan lama yang tiba-tiba melebur bersama dengan suara Jeongguk dan dinginnya udara malam yang menusuk tubuhnya.
Jeongguk yang sedang berada di panggung dengan Namjoon terdengar sedang melantunkan lagu ketiga; lagu yang tidak Taehyung sangka akan dinyanyikan di depan banyak orang seperti ini.
Apakah... Jeongguk akan menyatakan perasaannya saat ini juga di panggung?
Oh God, Taehyung, please just enjoy the show. Lo tidak akan tahu apa yang akan terjadi beberapa menit setelah ini. Don't expect anything. Your expectation always leads to disappointment, batinnya dalam hati.
Selang beberapa saat, akhirnya acara malam ini sampai di penghujung waktu. Jeongguk terdengar mengucapkan terima kasih pada Namjoon dan memeluknya singkat.
Taehyung mengenal Namjoon sebagai anggota OSIS dan juga teman baik Jeongguk. Beberapa kali Jeongguk membicarakan tentang Namjoon, tetapi Taehyung belum pernah berkenalan secara langsung dengan seniornya itu.
Dari short speech Jeongguk barusan, ia mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada para panitia yang telah membantunya sehingga surprisenya berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan. Pun ia berterima kasih pada sahabatnya karena telah mendukungnya selama beberapa minggu belakangan.
Taehyung melihat Jeongguk yang sedang berdiri di panggung dan mengernyitkan dahinya bingung.
Panitia? He didn't know about any of this? Apa Jimin dan Hoseok juga menyembunyikannya?
Menoleh ke samping kanannya, Jimin sudah menyunggingkan senyum jahilnya dan menggenggam tangan Taehyung erat.
“Jims, lo tau soal ini?” Taehyung bertanya dengan nada heran dan sedikit ragu.
Sahabat sejak kecilnya itu hanya tersenyum dan tertawa renyah. “Iya, Te. Sori ya, demi surprise pertama berhasil nih. Jeongguk udah wanti-wanti gue untuk ngga bilang sama lo. Susah juga nyembunyiin dari lo berhari-hari.”
Belum sempat Taehyung menanggapi jawaban Jimin, tiba-tiba ia mendengar Jeongguk berbicara.
“—tuk sahabat gue dari kecil.”
Ia mendengar beberapa orang yang duduk di baris belakang terkejut dan berbisik-bisik sambil melihat kearah Jeongguk. Mereka sepertinya sedang menebak siapa yang Jeongguk bicarakan.
“Yes, those songs before are about him. Gue dan dia udah sahabatan sejak lama. Five years today, to be exact. Gue ngga akan bilang siapa orangnya, since you guys already know, I guess...?” kata Jeongguk menggantung sambil tertawa awkward.
Taehyung melihat Jeongguk sedang menunduk sambil menggaruk lehernya. Ia lalu berpikir, hari ini... tepat lima tahun mereka bersahabat?
“But one thing for sure, as you guys know, gue bukan orang yang suka ada di panggung kayak gini. But I stepped up my game and be here today because he's the one who made me do it.
“Nope, dia ngga nyuruh gue. Tapi dia adalah motivasi gue untuk keluar dari comfort zone gue. He helped me break out of my shell. He's the best of the best, tho. I am so grateful for him,” kata Jeongguk mantap sambil mengunci sepasang matanya dengan Taehyung.
Tanpa Taehyung sadar, ia kembali menitikkan air matanya lagi sambil melihat kearah Jeongguk. He loves his best friend so much.
No, he loves Jeongguk as a best friend and a lover.
I am so grateful for you too, Jeongguk; gerak bibir Taehyung tanpa suara yang membuat Jeongguk menyunggingkan senyum lebarnya.
This fifth year anniversary of their friendship is the best day ever for Taehyung and Jeongguk.
—
Setelah menunggu Taehyung dan para panitia acara beberes, akhirnya Jeongguk dan Taehyung memutuskan untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi.
Jimin dan Hoseok pulang tidak lama setelah mereka. Kalau rencana mereka tidak berubah, Hoseok akan menginap di rumah Jimin; karena sudah terlalu larut untuk pulang ke rumahnya.
Jeongguk sempat meminta izin pada Taehyung untuk menginap di rumahnya; yang tentu disambut dengan antusias oleh Taehyung.
Taehyung ingin tidur dengan nyenyak sambil memeluk Jeongguk malam ini.
Sepanjang perjalanan pulang, Taehyung menggengam tangan kiri Jeongguk tanpa sekalipun melepasnya. Senyum Taehyung menyungging lebar, kedua pipinya bersemu merah, dadanya hangat, dan perutnya terasa seperti berada di taman kupu-kupu.
Sedang Jeongguk sesekali melirik kearah Taehyung sambil tetap memfokuskan pandangnya pada jalanan. Tak lupa mengelus pelan punggung tangan Taehyung dan mengecupnya berkali-kali.
Hari Minggu subuh ini jalanan cukup sepi; hanya terlihat beberapa mobil yang melaju pelan di samping kiri kanan mobil Jeongguk. Ia melajukan mobilnya pada kecepatan rata-rata. Biasanya, ia membawa mobilnya lari dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Taehyung duduk menyamping dan menyandarkan kepalanya di headrest kursi penumpang. Ia hanya memandangi Jeongguk yang sedang fokus pada jalanan di depannya; melihat bekas luka gores pada pipi kiri Jeongguk, melihat matanya, lekuk jawline-nya yang tajam, hidung mancung Jeongguk, bibir kecilnya, dan siluet wajah Jeongguk yang sesekali terkena sinar lampu jalanan malam ini.
What did I do in my past life to deserve someone like him? batin Taehyung.
Maka tanpa berpikir panjang lagi, Taehyung melepas tangannya dari genggaman Jeongguk dan memegang pipinya sebelum akhirnya Taehyung memajukan tubuhnya untuk mengecup pelan pipi Jeongguk.
Tidak sebentar, dan tidak juga lama. Taehyung takut membuyarkan fokus Jeongguk.
Jeongguk yang sedikit kaget dengan spontanitas Taehyung beberapa detik lalu, terlihat bersemu merah dan menatap Taehyung di sampingnya. Sahabatnya itu hanya terkekeh pelan dan malu-malu sambil menggengam tangan Jeongguk lagi.
“Hei, warn a guy would be nice. What's the occasion, hm?” canda Jeongguk sambil mengecup pelan buku-buku jari Taehyung lagi.
Lawan bicaranya hanya tersenyum teduh dengan matanya yang sayu. Taehyung bahagia sekali hari ini; walaupun diiringi dengan tangisan berkali-kali yang cukup membuat kedua matanya perih.
Sejujurnya, ia sudah mengantuk dan lelah. Hari ini cukup panjang untuk seorang Taehyung yang kurang istirahat beberapa hari terakhir.
Tapi, toh, semua ini setimpal. Karena acara berjalan dengan sangat baik dan ia mendapat surprise pula dari sahabatnya.
Taehyung ingin memejamkan matanya dan istirahat, namun ia masih ingin memandangi wajah Jeongguk.
Ia terlalu bahagia, hingga sempat takut semua yang terjadi hari ini hanya ada didalam mimpinya. Taehyug tahu, ia hanya berlebihan, insecure, dan overthinking.
Ia hanya ingin memastikan bahwa semua ini benar terjadi. Karena ya, ini adalah kali pertama seseorang benar-benar menunjukkan perasaannya dengan tulus.
Larut dalam kabut pikirannya, Taehyung tidak sadar bahwa ia sudah meneteskan air matanya lagi.
Jeongguk yang sadar bahwa Taehyung menangis (lagi), akhirnya melambatkan laju mobilnya dan mencari sisi jalur yang kosong untuk menghentikan mobilnya.
“—hyung? Sayang? Hei, what's wrong?” Jeongguk segera menggeser tubuhnya dan bertanya dengan nada khawatir.
“Did I say something wrong?” tanyanya lagi, karena lawan bicaranya yang sedang menangis masih belum menjawab.
Taehyung terisak. Ia masih belum menjawab pertanyaan Jeongguk.
Jeongguk masih memandangi Taehyung dan mengelus pelan puncak kepalanya untuk menenangkan manisnya.
“—no, no, G-gukie... I- I just... is this real? Were you really on stage earlier just for me, Ggukie?” Taehyung akhirnya menjawab dengan suara pelan sambil tetap terisak. Jeongguk menangkap jawaban Taehyung dengan jelas.
“Oh, baby... come here.” Jeongguk yang tadinya khawatir Taehyung akan menjawab hal lain, akhirnya bernapas lega. Ia akhirnya menarik tangan Taehyung pelan dan memeluknya.
Taehyung menyandarkan kepalanya pada ceruk leher Jeongguk dan sesekali mendengar napas Jeongguk yang berhembus lembut di telinganya.
“It's all real, sayang. Kenapa? Aku terlalu cepat, ya?” Jeongguk menjawab sambil mengelus pelan punggung Taehyung turun naik. Ia tidak ingin membuat Taehyung panik dan berpikir macam-macam dengan segala surprise yang ia berikan hari ini.
Jeongguk merasakan sekujur tubuh Taehyung dipelukannya menegang dan kaget. Sahabatnya itu lalu menarik bagian depan kaus Jeongguk dan makin menenggelamkan wajahnya diceruk leher Jeongguk.
“No! No, no, no, Ggukie... it's not. Aku hanya takut tadi, kalau semua cuman mimpi aja. The-there is... there is no one loved me in the past like you do now.
“I just... I just want to make sure. Is it wrong?”
Taehyung merasakan Jeongguk tersenyum dan mencium puncak kepalanya pelan.
“It's not wrong, sayang. Baby steps, okay? I just want to tell the world that you're mine, you know?
“Maaf ya kalau aku bikin kamu nangis terus hari ini, Tae,” kata Jeongguk sayang.
“It's okay, Ggukie. Aku terlalu bahagia hari ini and it actually made me cry mess. Aku belum sempet bilang makasih sama kamu. So..., thank you so much, Ggukie sayang. I meant it.
“Kamu bener-bener keluar dari comfort zone kamu hanya untuk aku. And I am so thankful for it.”
Taehyung memeluk Jeongguk erat hingga sang lover itu meringis.
“And oh, happy fifth anniversary of our friendship, Ggukie. I am so thankful and grateful. Aku sayang kamu.” Taehyung tersenyum bahagia dan mencium pelan tepat di collarbone sahabatnya itu.
“Yeah, happy anniversary, Tae. Just wait and be ready, okay? I will change our status soon.” Goda Jeongguk sambil memeluk Taehyung lebih erat.
Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk mereka berdua.
Lima tahun bukan waktu yang sebentar.
They know it takes too long. But it's okay.
Because it's totally worth it.
—